Pendidikan

Mahasiswa FMIPA UNY Teliti Obat Jerawat dari Daun Ciplukan

Lima mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mampu mengangkat nilai manfaat daun ciplukan.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Mahasiswa FMIPA UNY Teliti Obat Jerawat dari Daun Ciplukan 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
 
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Jika memiliki pengalaman masa kecil di kampung, mungkin tak asing dengan buah ciplukan.

Rasanya yang asam manis membuat buah ciplukan digandrungi anak-anak hingga orang dewasa.  

Berbeda nasib dengan buahnya, daun ciplukan jarang mendapat perhatian.

Jika tumbuh di sawah, ia akan berakhir menjadi limbah.

Sebagian besar masyarakat menganggap tanaman ciplukan sebagai gulma bagi tanaman lain.

Namun, lima mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mampu mengangkat nilai manfaat daun ciplukan.

Lewat tangan dingin mereka, daun ciplukan bisa menjadi obat jerawat.

Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru UNY dan Pembukaan PKKMB 2020 Dilaksanakan Daring dan Luring

Mereka adalah Tia Herdiana Wardani dari Program Studi (Prodi) Pendidikan IPA, Nova Regina dari Prodi Kimia, Nur Hidayah Br. Karo dari Prodi Pendidikan Matematika, Nia Ifta Zhabilla dari Prodi Pendidikan Akuntansi, dan Nafira Amalia Damayanti dari Prodi Pendidikan Kimia.

Dari penelitian yang mereka lakukan, tanaman ciplukan (Physalis angulata) dinilai memiliki khasiat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Bakteri ini umum mengakibatkan jerawat.

Menurut Tia Herdiana Wardani, semua bagian organ pada tanaman ciplukan mengandung banyak khasiat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Satu di antaranya adalah bagian daun.

“Daun ciplukan berkhasiat sebagai antipiretik, analgetik, diuretik, anti inflamasi, dan detoksifikasi. Daun ciplukan tersebut diekstrak menjadi krim anti jerawat,” ujar Tia.

Nova Regina menambahkan, kulit yang berminyak menyebabkan pori-pori tersumbat, sehingga bakteri anaerobik seperti Staphyloccocus aureus akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan timbulnya jerawat.

Oleh karena itu, dibutuhkan krim yang memiliki keefektivitasan dalam mengobati jerawat agar bakteri Staphyloccocus aureus dan penyebab jerawat lainnya dapat dihilangkan.

Persyaratan dan Panduan Registrasi Ulang Mahasiswa Baru UNY Jalur SM

Nova menerangkan, ide awal krim obat jerawat dari daun ciplukan terpikirkan oleh timnya sejak Februari 2020.

Saat itu, mereka melakukan riset literatur dan menemukan bahwa daun ciplukan mengandung antibakteri.

Penemuan itu pun akhirnya diikutkan dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 70 Judul yang diadakan FMIPA UNY.

“Kami berinovasi menjadikan daun ciplukan sebagai bahan pembuatan krim jerawat. Kemudian didanai FMIPA UNY lewat program PKM,” tuturnya.

Saat itu mereka mendapat bahan daun ciplukan dari petani di Bantul. 

Bagi petani, daun ciplukan selalu disiangi dan dibuang.

“Jadi kami mengolah limbah itu. Namun, kendalanya daun ciplukan hanya banyak ketika musim penghujan,” ungkapnya.

Berikutnya, produk karya mereka diikutsertakan ke tingkat yang lebih tinggi, yakni PKM-Kewirausahaan 5 Bidang yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam program ini inovasi tersebut kembali meraih pendanaan hingga Rp5 juta.

Dikarenakan pandemi, Nova dan tim hanya dituntut untuk membuat produk dan tidak sampai menjualnya.

Tantangan selama pembuatan produk pun harus mereka hadapi.

Di tengah pandemi, kelima anggota tim tersebar di kampung halaman masing-masing, bahkan tidak ada yang berada di DIY.

Mereka terpaksa membuat produk berjauhan, di tempat masing-masing.

UNY Masuk Klaster I Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia

“Semua harus membuat produk. Kami berkomunikasi lewat Google Meet dan WhatsApp Group. Ada yang di Cilacap, Ponorogo, Medan. Yang dari Prodi Pendidikan Matematika pun harus bisa membuat krim,” bebernya.  

Hingga kini, menurut Nova, untuk bisa dikomersialkan produk ini harus melewati uji laboratorium terlebih dahulu serta sertifikasi dari BPOM.

“Tapi sudah ada anggota kami yang mencoba langsung produk ini. Ia merasakan ada perubahan pada jerawat di wajah, jadi lebih kempes dan enak. Krimnya pun tidak terlalu cair atau terlalu padat,” ungkapnya.

“Harapannya kami bisa membuat langsung krim jerawat ciplukan ini dan bisa bermanfaat untuk masyarakat. Bahan baku daun ciplukan untuk obat jerawat ini belum pernah kami dengar, bahan lain yang kami gunakan pun tidak ada yang berbahaya,” sambungnya.  

Terpisah, Nur Hidayah Br. Karo menjelaskan, bahan yang digunakan dalam produk ini adalah alumunium foil, aquadest, asam asetat, asam stearat, bakteri uji Staphylococcus aureus, daun ciplukan (Physalis angulata L), etanol 96 persen, Fluid Thioglycollate Medium (Acumedia), kertas label, kertas saring, metil paraben, parafin cair, Phytocream, propilenglikol, propilglikol, propil paraben, setil alkohol, dan tokoferol.

Selain itu dibutuhkan alat ekstraksi, alat farmasetik, dan alat uji mikrobiologi. Langkah pertama dalam pembuatannya adalah pembersihan sampel daun ciplukan, dibuat ekstraknya, lalu diolah menjadi krim.

Mulai November, UNY Mulai Gelar Kuliah Tatap Muka Bertahap

Dibuat tiga rancangan formula krim ekstrak etanol daun ciplukan dengan tipe M/A (minyak dalam air) dengan menggunakan variasi konsentrasi emulgator phytocream masing-masing 3 gram pada formulasi 1, 4 gram pada formulasi 2, dan 5 gram pada formulasi 3.

Krim sediaan dibuat dengan cara melebur sediaan minyak (setil alkohol, asam stearat, propil paraben, parafin cair, dan Pytocream) hingga suhu 70 derajat C dan fase air (metil paraben, propilenglikol, dan aquades) dipanaskan hingga 70 derajat C.

Fase minyak dicampur ke dalam fase air lalu dihomogenizer sampai terbentuk masa basis krim yang homogen.

Pada suhu 45-55 derajat C dimasukkan alfa tokoferol dan ekstrak etanol daun ciplukan (yang telah dispersikan dengan sedikit propilenglikol) sedikit demi sedikit ke dalam basis krim lalu dihomogenizer hingga homogen.

Masing-masing formula disimpan dalam wadah krim.

Setelah melalui uji organoleptis, uji tipe emulsi, uji homogenitas, dan uji stabilitas krim di laboratorium formulasi ditemukan krim terbaik, yaitu formulasi 2 dengan jumlah phytocream sebanyak 4 gram. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved