Juara Olimpiade Internasional Gagal SNMPTN dan SBMPTN, Ini Kisahnya

juara olimpiade internasional yang gagal lolos SNMPTN dan SBMPTN, viral di media sosial sejak diunggah 28 Agustus 2020

Editor: Iwan Al Khasni
IST
Rayhan Danendra Wiracalosa saat mengikuti ajang International Olympiad of Metropolises 2019 di Moscow, Rusia.(istimewa) 

Karena apa yang dia impikan tidak terwujud, Rayhah membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menenangkan diri dan mencoba bangkit.

"Lagi pula hasil juga sudah mutlak, kan?" tanya Rayhan kepada diri sendiri.

Setelah sedikit melupakan kegagalannya di SNMPTN, Rayhan akhirnya memfokuskan diri untuk belajar lebih giat agar bisa lolos di jalur berikutnya, yakni SBMPTN. Intensitas belajar, lanjut Rayhan, ditingkatkan hingga memakan waktu belasan jam dan berakibat kurangnya waktu istirahat.

"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.

Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya ketika sang ayah menghadap ke Sang Ilahi. Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya.

"Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.

Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.

Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik. Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.

"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.

Gagal lolos SBMPTN

Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental. Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.

Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia. Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.

Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS). Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.

"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved