Liga Indonesia

PSIM Yogyakarta Ulang Tahun ke-91, Ini Kenangan dan Harapan Sang Legenda Mellius Ma'u

Nama Mellius Ma'u tentunya familiar tentunya bagi pandemen klub berjuluk Laskar Mataram juga pecinta sepak bola nasional era 1970-1980an silam.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hanif Suryo
Legenda hidup PSIM Yogyakarta, Mellius Ma'u saat menunjukkan koleksi klipingnya di kediamannya beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM - "Satu di antara banyaknya kenangan bersama PSIM ialah saat jumpa tim nasional Indonesia pada pertandingan uji tanding, lupa tepatnya tahun berapa. Tapi saat itu mereka sedang mempersiapkan diri untuk tampil di Australia.

Ya, PSIM kala itu menjadi barometer. Tiap PSSI (Timnas) mau bertanding, pasti datang ke Jogja untuk melawan PSIM," demikian sepenggal petikan wawancara dengan legenda hidup PSIM Yogyakarta, Mellius Ma'u di kediamannya di Kalasan, beberapa waktu lalu.

Nama Mellius Ma'u tentunya familiar tentunya bagi pandemen klub berjuluk Laskar Mataram juga pecinta sepak bola nasional era 1970-1980an silam.

Ia barangkali menjadi satu di antara beberapa pemain yang paling lama menghabiskan karier sepak bolanya bersama PSIM Yogyakarta, yakni 1968-1989.

Mellius Ma'u turut mengantar PSIM promosi ke Divisi Utama PSSI kala itu, setelah sebelumnya meraih runner up kompetisi Divisi I.

Mellius Ma'u pun tercatat sebagai pengemban ban kapten PSIM paling lama sepanjang masa, bahkan sampai saat ini.

Tampil apik bersama PSIM, Mellius Ma'u dipanggil memperkuat timnas Indonesia yang kala itu tampil di ajang Kings Cup di Thailand, 1975 silam.

Saat itu, dua gol ia lesakkan ke gawang tuan rumah serta berhak membawa pulang hadiah senilai 20 dollar Amerika.

Kiranya memang tak cukup satu hari membedah semua kesan serta kenangan Mellius Ma'u bersama PSIM Yogyakarta yang terjalin sekira 20 tahun lamanya.

Doa dan Harapan dari The Maident di Hari Jadi ke-91 PSIM Yogyakarta

Nah satu diantara kenangan yang begitu membekas ialah saat ia tengah berjuang di Thailand bersama timnas Indonesia, sang istri tengah melahirkan buah hari mereka di Yogyakarta.

Namun setibanya di Yogyakarta, pengurus PSIM sudah membantu membayar biaya persalinan serta memberikan sembako untuk kebutuhannya di kost.

"Itu yang membuat saya begitu mencintai PSIM, saya merasa sangat diuwongke," ujar Mellius.

Begitu pula ketika resepsi pernikahannya turut dihadiri puluhan tukang becak yang tak lain merupakan penggemarnya.

"Jujur saja waktu itu saya tidak punya uang untuk menggelar pesta pernikahan. Tapi ternyata sudah dibiayai oleh pengurus klub juga. Ketika pesta pernikahan digelar di rumah ibu angkat saya, saya pun kaget karena banyak sekali tukang becak yang datang serta membawa hadiah. Ternyata mereka ini tahu dari koran, karena ada pengurus klub yang mengumumkan pernikahan saya melalui koran," ujarnya.

Bukan hanya dicintai oleh penggemarnya, pria kelahiran 1949 ini juga terkenang saat raja Kraton Jogja kala itu, Sri Sultan HB IX secara khusus mengunjungi pemain yang berlaga di PON Jakarta.

Sri Sultan IX kala itu secara khusus mencari Mellius Ma'u.

"Mana anak Timor satu itu, saya mau ketemu," kata Mellius sembari memperagakan saat Sri Sultan HB IX mendatanginya untuk memberikan dukungan secara langsung.

HUT ke-91 PSIM Yogyakarta Tanpa Perayaan, Diharapkan Jadi Momen Kebangkitan Laskar Mataram

Sedangkan satu laga yang begitu ia kenang yakni saat PSIM beruji tanding lawan timnas.

Saat itu, Mellius menyumbang satu gol bagi PSIM, sekaligus satu-satunya gol yang bersarang ke gawang timnas dalam serangkaian uji tanding jelang bertolak ke Australia.

Di situ saya buat gol tapi jadi korban karena pelipis saya harus mendapat delapan jahitan setelah terkena pukulan penjaga gawang Ronny Pasla.

Saya lebih cepat menjangkau bola tendangan sudut, Ronny Pasla yang badannya tinggi besar terlambat, kemudian tangan dia mengenai pelipis saya," kata Mellius.

"Saya langsung dilarikan ke rumah sakit, dan saya ingat betul saat menerima jahitan di pelipis berteriak kencang karena obat bius yang diberikan kurang. Tapi kemudian setengah permainan saya kembali ke lapangan, dan saya ingat betul Ronny Pasla bilang kalau saya gila karena memutuskan untuk bermain lagi setelah mendapat luka yang lumayan itu," kenangnya.

Di usia 74 tahun saat ini, Mellius masih aktif melatih sepakbola usia dini di SSB Persiba dan TNH.

Menurutnya, tak ada satupun alasan yang bisa membuatnya pensiun dari sepak bola kecuali kondisi fisik.

Meski tak lagi terikat kerjasama dengan klub PSIM Yogyakarta, Mellius mengatakan selalu terbesit harapan serta doa agar Laskar Mataram bisa kembali menjadi barometer sepak bola Tanah Air, apalagi pada momen hari jadi klub ke-91, 5 September 2020.

"Harapan saya, guyubnya ini jangan sampai hilang. Kemudian ada satu harapan yang sejak lama sudah saya impikan, yakni kapan bisa melihat PSIM itu bisa kembali main di kompetisi kasta tertinggi dan disegani lagi oleh lawan seperti dulu," harap Melius Ma'u.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved