Sejengkal Halaman Gizi Keluargaku Cegah Stunting di Masa Pandemi

Lahan sempit dapat menghasilkan bahan makanan bergizi jika dikelola dengan baik. Bersamaan dengan itu, maka masalah stunting dapat diatasi

Penulis: Santo Ari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA/SANTO ARI
Seorang ibu dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Arimbi itu di Sambilegi Kidul manfaatkan pekarangan rumah yang sempit untuk ditanam sayuran bergizi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tak ada lahan yang disia-siakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga di Padukuhan Sambilegi Kidul, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman.

Lahan sempit pun dapat menghasilkan bahan makanan bergizi jika dikelola dengan baik. Bersamaan dengan itu, maka masalah stunting di wilayah tersebut pun dapat diatasi.

Setyati, Sekretaris Kelompok Wanita Tani (KWT) Arimbi itu di Sambilegi Kidul mengakui bahwa di wilayah tempat tinggalnya masih banyak ditemukan kasus stunting.

Bersama dengan ibu-ibu lainnya, ia termotivasi untuk menghidupkan lahan sempit di sekitar rumah menjadi tempat yang lebih produktif dalam menghasilkan kebutuhan pangan keluarga.

"Sambilegi Kidul kepadatan warganya cukup tinggi, kemudian lahan pekarangan tidak seluas wilayah pedesaan. Jadi dengan memanfaatkan lahan sempit, kita bisa menyediakan makanan yang aman dan bergizi seimbang," ucapnya.

Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Pertamina (Persero) yang bertajuk 'Sejengkal Halaman Gizi Keluargaku', mereka dilatih untuk melakukan mina tani, yaitu pertanian hortikultura dan budidaya perikanan air tawar secara terintegrasi.

Caranya adalah dengan memanfaatkan minimal satu buah ember sehingga tidak membutuhkan lahan pertanian atau perikanan yang luas.

Cara ini biasa disebut budi daya tanaman dan ikan dalam ember atau budikdamber.

Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele yang mana memiliki kandungan protein cukup tinggi.

Sementara tanaman hortikultura yang dihasilkan adalah sayuran kangkung yang juga kaya akan serat dan kandungan gizi.

Dengan cara ini, dalam dua bulan mereka bisa melakukan lima kali panen kangkung di mana setiap panennya bisa mendapatkan kangkung seberat 2,5 ons.

Selain itu, dalam 150 liter ember berisi 50 bibit lele, dan dalam sekali panen mereka bisa mendapatkan 5-6 kilogram lele.

Di pekarangan mereka juga ditanami berbagai macam tanaman yang bergizi tinggi seperti selada merah, sawi jepang, tomat, cabe rawit ada tanaman buah jambu, mangga, belimbing.

"Dengan sejengkal lahan kita bisa memenuhi kebutuhan gizi keluarga kita di masa pandemi," imbuhnya.

Kegiatan pertanian dan perikanan yang dilakukan secara terintegrasi dalam program Sejengkal Halaman Gizi Keluargaku ini juga mengusung inovasi zero waste, atau pemanfaatan limbah sehingga memberikan nilai tambah tersendiri.

Kotoran dari ikan lele dalam ember menjadi nutrisi air untuk menyirami tanaman di atasnya.

Sementara limbah dari hasil panen tanaman juga dijadikan bahan baku pakan bagi ikan lele.

Selain itu mereka juga menerapkan biopori pot untuk memanfaatkan sisa organik rumah tangga.

"Sisa organik rumah tangga dimasukkan di biopori pot untuk difermentasikan kemudian hasil fermentasi ini akan jadi pupuk untuk tanaman. Ini hanya dengan menggunakan botol plastik bekas, paralon bekas. Jadi tidak ada residu yang terbuang sia-sia dalam konsep zero waste ini," ulasnya.

Ia berharap, metode ini dapat diduplikasi oleh seluruh warga sehingga permasalahan stunting dapat diatasi. Terlebih cara ini hanya membutuhkan biaya yang terbilang sedikit.

6% balita stunting

Fitri Pamungkas Sari, Nutrisionis dari Puskesmas Depok I menjelaskan angka stunting di Desa Maguwoharjo berada di angka 6% atau ada 87 dari 1.269 balita yang mengalami stunting.

Faktor penyebabnya ada berbagai macam, seperti kurangnya pengetahuan ibu, faktor ekonomi dan juga faktor dari bawaan.

Untuk mengatasi masalah stunting ini, Puskesmas Depok I telah menerapkan berbagai program, misalnya bantuan makanan tambahan hingga melatih kader untuk pemberian makan bayi dan anak.

Ia pun mengapresiasi apa yang dilakukan oleh ibu-ibu (KWT) Arimbi dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi untuk keluarga.

"Salah satu cara mencegah stunting bisa dengan ketahanan pangan, sehingga ibu-ibu bisa mengolah dari hasil ini untuk memulihkan kasus stunting di wilayah masing-masing," ucapnya.

Pertamina Ingin Ikut Entaskan Masalah Stunting

Melihat permasalah ini, PT Pertamina (Persero) bergerak membuat program 'Sejengkal Halaman Gizi Keluargaku' untuk masyarakat di wilayah Padukuhan Sambilegi kidul, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman.

Anna Yudhiastuti selaku Unit Manager (UM) Communication, Relations, & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Bagian Tengah (JBT) mengungkapkan pihaknya telah menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adisutjipto, di mana wilayah Sambilegi kidul merupakan ring satunya.

Melalui program ‘Sejengkal Halaman Gizi Keluargaku’ Pertamina mendorong masyarakat untuk dapat memanfaatkan pekarangan rumah.

"Pekarangan rumah walaupun sempit namun tetap bisa menghasilkan sumber makanan bergizi yaitu sayuran dan ikan. Dengan demikian kebutuhan nutrisi masyarakat dapat terpenuhi, khususnya bagi anak dalam mencegah stunting," ungkapnya.

Ia menjelaskan, program ini sudah berjalan sejak bulan Maret tahun 2020 dan mendapatkan respon yang baik dengan diikuti oleh 18 Dasawisma atau 180 Kepala Keluarga (KK) di Padukuhan Sambilegi Kidul.

Semenjak program dijalankan, masyarakat sudah memanen 180 kilogram ikan lele dan 45 kilogram sayuran kangkung.

Menurutnya, program ini dapat membantu masyarakat mengatasi permasalahan di tengah pandemi yang terjadi akibat Covid-19 saat ini.

"Masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan pangan dari rumah masing-masing sekaligus mematuhi imbauan untuk menghindari keramaian seperti pasar guna mencegah penyebaran virus Corona," ungkapnya.(Tribunjogja/Santo Ari)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved