Update Corona di DI Yogyakarta
Seorang Dokter Spesialis Bedah yang Positif Covid-19 Wafat di RSUP Dr Sardjito
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menerangkan, dokter berinisial N tersebut meninggal dunia di RSUP Dr Sardjito, Minggu.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dunia medis di Indonesia dan DIY khususnya kembali berduka.
Pada (Minggu, 23/8/2020) malam, seorang dokter spesialis bedah dari dua Rumah Sakit (RS) swasta meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif karena dinyatakan positif Covid-19.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menerangkan, dokter berinisial N tersebut meninggal dunia di RSUP Dr Sardjito pada Minggu (23/8/2020) pukul 18.50 WIB.
"Kemudian langsung dikebumikan pada hari yang sama, pukul 22.40 WIB jalan dari RS Sardjito," ujar Banu ditemui di RSUP Dr Sardjito, Senin (24/8/2020).
• Dalam Sehari, Tim Pemakaman Jenazah Terindikasi Covid-19 di DIY Bisa Bertugas hingga 5 Kali
Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Paru RSUP Dr Sardjito, Ika Trisnawati menjelaskan kronologi perawatan pasien yang bersangkutan.
"Yang bersangkutan masuk RS Sardjito tanggal 14 Agustus 2020. Satu dua hari sebelum masuk sudah terkonfirmasi (positif Covid-19). Tidak dari RS rujukan lain, langsung ke RS Sardjito karena keluarga ingin beliau mendapat perawatan terbaik," ujar Ika.
Ia melanjutkan, saat tiba di RSUP Dr Sardjito yang bersangkutan termasuk dalam pasien non-critical dengan kondisi yang masih cukup baik.
Dua hari kemudian yang bersangkutan dipindahkan ke ruang intensif atau ruang perawatan khusus.
Saat itu, kondisi dokter N masih cukup bagus, namun ia memiliki beberapa penyakit penyerta atau komorbid.
"Beliau memiliki beberapa comorbidity atau cukup banyak penyakit penyerta, sehingga perawatan intensif tersebut disegerakan. Tidak menunggu kondisi memburuk, artinya kondisi masih baik pun kami lakukan perawatan intensif dengan pemeriksaan ketat dan terapi yang agresif. Artinya pilihan terbaik untuk pasien Covid-19 kami berikan sudah sejak awal," tutur Ika.
• Presiden Jokowi Ingatkan Para Menteri untuk Berhati-hati saat Beri Penyataan soal Covid-19
Ia menjelaskan, komorbid dapat memengaruhi prognosis atau harapan hidup pasien.
Meski kondisi yang bersangkutan cukup bagus, menurut Ika, kondisi penyakit penyerta tersebutlah yang mengakibatkan perburukan terjadi dengan cepat.
"Tapi mungkin karena kondisi komorbid itu yang menyebabkan perburukan terjadi dengan cepat. Karena Covid-19 itu kalau dengan komorbid 1-2 saja sudah memengaruhi prognosis. Apalagi kalau banyak," tandasnya.
Ditanya mengenai komorbid apa saja yang diderita dokter N, Ika tidak bersedia memberi jawaban karena hal tersebut merupakan perihal privasi pasien. (TRIBUNJOGJA.COM)