Terapkan Protokol Kesehatan, Labuhan 1 Muharram Pantai Kukup Digelar Sederhana
Terapkan Protokol Kesehatan, Labuhan 1 Muharram Pantai Kukup Digelar Sederhana
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Setiap menjelang 1 Muharram atau Tahun Baru Islam, warga di pesisir Pantai Kukup, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari rutin menggelar Labuhan.
Begitu pula dengan tahun ini, meski di tengah pandemi COVID-19.
Namun, pelaksanaan upacara adat Sedekah Laut pada kali ini jauh dari kesan meriah. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Muji selaku tokoh masyarakat Kukup menuturkan tahun ini pihaknya hanya menyiapkan satu Gunungan. Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya yang bisa mencapai 8 Gunungan.
"Warga yang membantu pelaksanaan juga hanya ada 16 orang, dan tidak ada acara hiburan tambahan seperti biasanya," ujar Muji pada wartawan, Rabu (19/08/2020) kemarin.
Muji dan warga rupanya sempat merasa dilema.
Pasalnya mereka merasa tradisi ini tak bisa ditinggalkan, namun terselip pula kekhawatiran akan ada kerumunan massa saat pelaksanaannya.
Setelah berembuk, akhirnya diputuskan Labuhan tetap dilaksanakan dengan berbagai restriksi.
• Suasana Malam Satu Suro di Makam Raja-raja Imogiri
• Kronologi Polisi Grebek Karaoke di Tangsel yang Sediakan Layanan Prostitusi Bertarif Rp 1 Jutaan
Tidak ada gembar-gembor mengenai pelaksanaan Labuhan, demi mencegah terjadinya kerumunan.
Meski lebih sederhana, pelaksanaan Labuhan kali ini tetap penuh nuansa sakral.
Gunungan diarak oleh warga yang menggunakan busana Jawa lengkap. Sebelum diarak, warga melantunkan doa-doa pengharapan.
"Seluruh warga yang terlibat tetap menggunakan masker dan diatur jaraknya. Saat penjarakan juga hanya ada 4 personel," kata Muji.
Gunungan yang dibuat berisi tumpeng nasi, buah, kelapa hijau, Ingkung ayam utuh, berbagai camilan, pohon asam hidup berukuran kecil, serta kembang tujuh rupa.
Semuanya ditata dalam sebuah kotak berbentuk miniatur rumah.
Warga lalu mengarak Gunungan tersebut ke bibir pantai, ditemani iring-iringan obor berisi kemenyan. Gunungan pun kemudian dilepas ke lautan selatan, menandai berakhirnya upacara Labuhan tersebut.
Sebelum Gunungan dilarung, warga yang terlibat menundukkan kepala berdoa. Memohon agar tetap diberi berkah dan kekuatan menghadapi situasi ini.
"Kami berharap, lewat sedekah laut ini, kondisi segera kembali pulih seperti semula," kata Muji. (Tribunjogja/Alexander Ermando)