Sleman

Yayasan Sioux Indonesia Edukasi Masyarakat Agar Tak Bunuh Ular

Yayasan Sioux Indonesia memberikan edukasi pada masyarakat agar tidak takut dengan ular. Dengan demikian tidak banyak ular yang dibunuh oleh manusia.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Yayasan Sioux Indonesia memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak takut dan tidak membunuh ular di Lapak Embung Kuliner, Banyuraden, Gamping, Sleman, Kamis (13/08/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Ular memang dianggap sebagai hewan buas yang mengancam manusia.

Karena itulah, manusia cenderung langsung berusaha membunuh ular.

Karena itulah Yayasan Sioux Indonesia memberikan edukasi pada masyarakat agar tidak takut dengan ular.

Dengan demikian tidak banyak ular yang dibunuh oleh manusia.

Trainer Yayasan Sioux Indonesia, Febrianto mengatakan pada dasarnya ular takut dengan manusia, kecuali King Kobra.

Kronologi Penangkapan Ular Piton Seberat 30 Kg yang Ditemukan Warga Sedang Ronda

Untuk itu, manusia tidak perlu takut dan khawatir jika bertemu dengan ular

"Kami dari Yayasan Sioux ingin mengubah paradigma masyarakat, bahwa ular itu tidak membahayakan. Biasanya kalau bertemu dengan ular, masyarakat cenderung langsung membunuh karena takut. Dengan edukasi ini, harapan kami tidak banyak ular yang dibunuh," katanya di sela edukasi di Lapak Embung Kuliner Banyuraden, Gamping, Sleman, Kamis (13/08/2020) sore. 

Dalam edukasi tersebut, Yayasan Sioux Indonesia memberikan beberapa materi.

Materi yang diberikan antara lain mengenal biologi ular, penanganan gigitan ular, karakter ular, dan cara aman memegang ular

Pria berusia 45 tahun itu mengungkapkan banyak mitos yang berkembang di masyarakat.

Hal itulah yang membuat masyarakat takut dengan ular. 

Tragis, Orang Rimba Ditemukan Tewas dalam Posisi Dililit Ular Sanca 3 Meter

"Ada banyak mitos, misalnya membunuh ular di dalam rumah akan mengundang ular lain datang. Padahal itu karena ada feromon, ada zat kimia yang keluar jika dibunuh. Semacam wewangian yang hanya bisa dicium ular jantan, makanya ular jantan datang," ungkapnya.

Pada kegiatan edukasi tersebut, Yayasan Sioux Indonesia membawa tiga jenis ular, yaitu Pytas Mucosus (Dumung Macan), Boiga Cinodon (Ular Bajing), dan Piton Reticulatus. 

Ketiga ular tersebut adalah hasil rescue Yayasan Sioux, yang kemudian direhabilitasi.

Setelah dianggap sehat dan siap dilepaskan, ketiga ular tersebut akan dikembalikan ke habitatnya.

Ia berharap dengan edukasi yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan ular, dan masyarakat bisa berdamai dengan ular. 

Nasib Pilu Induk Ular Piton Sepanjang 4,5 Meter di Riau, Mati Terpanggang Bersama 20 Butir Telurnya

"Ular itu juga penting, ular kadang dianggap hama. Padahal ketika ular itu dibunuh, hama lain seperti tikus dan katak justru akan meningkat. Ular kan bagian dari ekosistem alam, sehingga harus ada harmonisasi,"ujar pria kelahiran Sulawesi Utara, 10 Februari 1973.

Perasaan takut terhadap ular rupanya tidak menjadi penghalang bagi Purwanti (42) untuk belajar memegang ular.

Awalnya pun ia merasa deg-degan, namun ia berhasil mengalahkan rasa takutnya.

"Sudah dua kali ikut kegiatan ini, pertama pegang King Kobra, lalu sekarang mencoba lagi. Awalnya ya takut, tetapi pengen mencoba, akhirnya itu yang mengalahkan rasa takut,"ujarnya. 

Warga Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman tersebut berhasil menaklukkan dua ular yang dibawa oleh Yayasan Sioux Indonesia.

"Tadi mencoba megang Piton, Ular Bajing, sama Dumung Macan. Yang paling susah Dumung Macan, karena geraknya cepat sekali. Pas mau megang lepas lagi. Memang terganggu karakter ularnya," tambahnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved