Sleman

Staf KPUD Yahukimo Papua Meninggal Dianiaya, Keluarga Minta Keadilan

Henri adalah satu petugas KPU RI yang ditempatkan di Yahukimo, Papua yang meninggal dunia karena dianiaya oleh orang tak dikenal.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Ayah Henri Jovinsky, Sugeng Kusharyanto saat ditemui wartawan di rumah duka di Sidokerto, Godean, Sleman, Rabu (12/08/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN- Karangan bunga bela sungkawa telah terpasang di depan rumah Henri Jovinsky di Sidokarto, Godean, Sleman. 

Henri adalah satu petugas KPU RI yang ditempatkan di Yahukimo, Papua yang meninggal dunia karena dianiaya oleh orang tak dikenal. 

Peristiwa tersebut menjadi pukulan berat bagi keluarga.

Ayah Henri, Sugeng Kusharyanto (54) hanya meminta keadilan untuk anaknya.

Ia ingin agar pelaku penganiayaan segera ditangkap dan diberikan hukuman yang setimpal.

Kronologi Staf KPUD Yakuhimo Papua Tewas Dibacok Saat Monitoring Petugas Coklit di Distrik Dekai

"Tidak lebih, hanya minta keadilan. Pelaku penganiayaan Henri segera diberikan hukuman setimpal, sengaja atau tidak sengaja (saat melakukan penganiayaan)," katanya saat ditemui di rumah duka, Rabu (12/08/2020).

Pria berusia 54 tahun itu pun ingin tahu alasan pelaku melakukan penganiyaan hingga akhirnya anaknya meninggal. 

"Kami hanya ingin mempertanyakan, apa niatnya sampai melukai dan menghabisi anak saya," sambungnya.

Ia mengatakan Henri adalah anak yang baik.

Pria yang lahir di Purwokerto, 4 Juni 1995 tersebut dikenal sebagai anak yang tidak suka mengeluh.

Termasuk saat ditempatkan di Yahukimo, pascaditerima menjadi ASN KPU RI 2019 lalu. 

Anak pertama dari dua bersaudara itu bahkan senang saat ditugaskan di Yahukimo.

Setelah dua minggu persiapan, Henri langsung terbang ke Yahukimo.

"Tes tahun 2018, kemudian diterima Juni 2019. Saat ditempatkan di Yahukimo, dia senang tidak mengeluh tidak keberatan. Ia ingin menyumbang ilmunya di sana (Yahukimo)," katanya.

Beberapa hari sebelum peristiwa pilu itu pun Henri masih berkomunikasi dengan ibunya, Vivin Monica (54) melalui aplikasi WhatsApp.

"Komunikasi dengan Henri intens, kalau pas di Papua sering telepon. Tetapi kalau Yahukimo, hanya kalau ada signal saja. Sabtu atau Minggu kemarin masih kirim pesan ke mamahnya (Vivin). Bilang kalau sudah di Yahukimo," ujarnya. 

Sejak ditempatkan di Yahukimo, Henri tidak pernah mengeluh.

Henri menceritakan pengalaman-pengalamannya selama bertugas, termasuk penyambutan-penyambutan ketika pertama kali Henri tiba. 

Pelaku Penganiayaan Polisi di Papua Ditangkap Petugas, Ditembak Karena Menyerang Pakai Busur

Pertemuannya pada Agustus lalu rupanya menjadi pertemuan terakhir baginya.

Henri sempat pulang ke Purwokerto selama dua hari karena terjadi kerusuhan. 

"Sempat pulang tahun lalu, ada kerusuhan. Tetapi karena sebagai ASN harus ada di sana, dia langsung berangkat lagi. Kami hanya menjemput dan mengantar ke bandara," kenangnya. 

Kesedihan tak dapat ditutupi oleh ibunya.

Vivin masih sesenggukan meratapi kepergian anak pertamanya.

Ia bahkan harus dipapah saat harus berjalan. 

Rencananya, Hendri akan dikebumikan di Godean, Sleman pada Kamis (13/08/2020).

Jenazah Hendri diterbangkan dari Yakuhimo ke Jakarta, sebelum akhirnya tiba di Yogyakarta. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved