Yogyakarta
Suka Duka Guru TK Mengajar selama PJJ, Harus Siap Hampir 24 Jam
Ia pun mengakui bahwa melaksanakan PJJ lebih repot ketimbang pembelajaran tatap muka seperti biasa. Namun, hal itu menjadi satu-satunya jalan.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Jika ada yang beranggapan bahwa guru TK banyak menganggur selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), nampaknya harus berpikir ulang.
Bisa jadi anggapan itu muncul karena belum melihat langsung aktivitas para guru melaksanakan pembelajaran selama pandemi.
Di TK Negeri (TKN) Pembina Yogyakarta misalnya, saat Tribunjogja.com berkunjung pada Selasa (11/8/2020), di setiap kelas tampak guru-guru sedang aktif mengajar di depan layar gawainya.
Guru-guru di TKN Pembina Yogyakarta menjadwalkan melakukan video call dengan anak hampir setiap hari.
Selain itu, juga membuat video-video rekaman yang berisi berbagai macam materi pelajaran.
Belum lagi, menyiapkan bahan ajar untuk dikerjakan anak yang diambil orang tua seminggu sekali di sekolah.
• Meski Kelas Kosong, Guru TKN Pembina Tetap Sapa Siswa secara Virtual Setiap Hari
“Video call paling tidak seminggu sekali untuk tiap anak. Kalau orang tua meminta baru kami melayani. Jadi kami membuat jadwal dengan orang tua. Bisa dari pagi sampai sore, kadang juga malam,” ujar guru kelas B6 TKN Pembina Yogyakarta, Kitri Sawitri, Selasa (11/8/2020).
Kitri mengatakan, dalam pembelajaran selama pandemi, guru harus selalu siap.
Bahkan, ia pernah melakukan video call saat baru sampai di sekolah dan masih berada di parkiran.
“Pernah menanggapi video call saat masih di parkiran. Saya baru sampai TK, tapi orang tua minta video call bersama anak dan sedang terburu-buru berangkat kerja,” tuturnya.
Lewat video call rutin dengan anak, menurutnya guru dapat memberi motivasi belajar dan semangat untuk anak.
Hal itu juga bagi Kitri penting dilakukan untuk penanaman karakter anak, meski sedang belajar dari rumah.
“Selama pandemi ini, sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kesulitannya mengklopkan waktu antara guru dan orang tua. Guru sampai malam pun harus stay melayani orang tua. Guru harus siap, mungkin melayani video call,” ungkapnya.
• Anak-anak di Perbatasan Magelang Manfaatkan Wifi Gratis dari Warga untuk Belajar Daring
“Saat orang tua mengirimkan foto atau video hasil karya anak, jangan sampai guru tidak menanggapi. Harus kita sampaikan reward semisal pujian, rajin, hebat. Atau kalau ada yang kurang, guru memberi komentar untuk perbaikan. Secapek apa pun harus kami balas,” sambung Kitri.
Ia pun mengakui bahwa melaksanakan PJJ lebih repot ketimbang pembelajaran tatap muka seperti biasa. Namun, hal itu menjadi satu-satunya jalan.
“Sebenarnya kami lebih repot, tapi keadaan seperti ini kami buat senang saja. Yang penting orang tua tidak merasa keberatan kalau melakukan bimbingan di rumah,” bebernya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala TKN Pembina Yogyakarta, Muryati mengatakan, selama pandemi para guru juga memiliki tambahan pengeluaran berupa kuota internet.
Menurut wanita yang akrab disapa Yeti ini, bantuan operasional pendidikan (BOP) selama pandemi dapat digunakan untuk membeli kuota internet guru.
Namun, pada kenyataannya banyak yang tidak terpakai karena sekolah hanya dapat menyediakan kuota dari satu jenis provider.
“Jadi banyak yang tidak terpakai karena beda provider. Alokasi bantuan pulsa juga tidak banyak. Mayoritas untuk pulsa dan kuota dari biaya mandiri guru,” ungkapnya.
Sementara, lanjut Yeti, dana BOP tetap digunakan untuk membeli bahan ajar anak dan pemberian makanan tambahan (PMT).
Setiap pekan sekali anak tetap mendapat bahan ajar semisal alat mewarnai dan prakarya yang diambil orang tua ke sekolah. Juga PMT semisal buah-buahan dan nasi boks yang diberikan setiap sebulan sekali. (TRIBUNJOGJA.COM)