Proyeksi Ekonom Rupiah Terhadap Dollar AS Hari Ini Selasa 11 Agustus
Rupiah Terhadap Dollar AS mencatat rupiah melemah 0,70% ke Rp 14.750 per dolar AS.
Tribunjogja.com JAKARTA -- Data tenaga kerja AS yang lebih tinggi dari konsensus mempengaruhi dolar AS untuk kembali menguat dan rupiah jadi melemah.
Mengutip Bloomberg, Senin (10/8/2020), rupiah melemah 0,16% ke Rp 14.648 per dolar AS.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah melemah 0,70% ke Rp 14.750 per dolar AS.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan rupiah melemah bersama major currency lainnya karena dollar AS yang menguat setelah data tenaga kerja dirilis lebih baik dari espektasi.
Pasar tenaga kerja AS berhasil tumbuh 1,76 juta pekerjaan di Juli.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 1,7 juta.
Terdapat penambahan 4,8 juta pekerjaan di Juni.
Hal ini membuat tingkat pengangguran di AS menurun menjadi 10,2% dari 11,1% di Juni.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan rupiah melemah karena dipengaruhi kekhawatiran hubungan dagang AS dan China yang semakin memanas.
Ditambah, pasar keuangan Singapura dan Jepang saat ini tutup sehingga likuiditas di pasar keuangan global menipis dan rupiah cenderung bergerak melemah.
Belum lagi, jumlah pasien Covid-19 di AS masih terus meningkat.
Josua mengatakan hal ini membuat major currency melemah karena investor jadi cenderung buru dolar AS sebagai safe haven.
Untuk perdagangan Selasa (11/8), Lukman memproyeksikan penguatan dolar AS akan terjadi lebih lanjut setelah dolar AS sempat melemah cukup dalam kemarin.
Namun, penguatan dolar AS Lukman proyeksikan tidak akan signifikan sehingga rupiah hari ini masih bisa bergerak stabil meski ada kecenderungan untuk melemah.
Josua mengatakan potensi pelemahan rupiah hari ini bisa ditahan dari dana asing yang masuk ke lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (11/8/2020).
Baik Lukman dan Josua memproyeksikan rupiah Selasa (11/8) hari ini ada di Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS.
Harga Emas

Harga emas turun tipis pada Senin (10/8), semakin menjauh dari rekor puncak. Sebab, dollar negeri uak Sam memberi keuntungan lebih lanjut, dengan investor erhati-hati pada perselisihan AS-China.
Mengutip Bloomberg, harga emas spot turun 0,29% menjadi US$ 2.029,74 per ons troi pada pukul 23.34 WIB. Sementara harga emas berjangka AS justru naik 0,56% ke posisi US$ 2.039,40 per ons troi.
Harga emas mencapai rekor tertinggi di level US$ 2.072,50 pada awal perdagangan Jumat (7/8) pekan lalu, tapi kemudian merosot sekitar 1% bahkan sempat anjlok hingga 2,5%, tertekan kenaikan dollar AS.
"Kami melihat sedikit potensi puncak (dalam harga emas) dalam jangka pendek hingga menengah. Dan karena rebound dollar, kami melihat sedikit penurunan selama beberapa hari ke depan," kata Michael Hewson, Kepala Analis Pasar CMC Markets, Inggris.
"Meski harga emas bisa turun lebih jauh menuju US$ 2.000 atau lebih rendah karena investor membukukan keuntungan, bullion belum kehilangan kilau," tambahnya kepada Reuters.
Dollar AS terkadang menjadi tempat perlindungan yang disukai di tengah eskalasi antara Washington dan Beijing, dan mencapai level tertinggi hampir satu minggu pada hari sebelumnya.
Apalagi, investor sedang fokus pada stimulus fiskal di AS menjelang pembicaraan perdagangan pada 15 Agustus antara Washington dan China di tengah hubungan yang sedang memanas.
Sebelumnya, China mengatakan, akan menjatuhkan sanksi terhadap pejabat AS, setelah Washington memberikan sanksi kepada pejabat Hong Kong dan China pada Jumat (7/8) pekan lalu.
Paket stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi virus corona baru telah mendukung daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, mendorongnya 34% lebih tinggi sepanjang tahun ini.
"Selama harga tetap di atas US$ 2.000, momentum bullish dapat berlanjut, karena kelaparan akan emas masih di puncaknya," kata Kepala Analis ActivTrades Carlo Alberto De Casa dalam sebuah catatan yang Reuters kutip. (*)
Artikel Ini sudah tayang di Kontan https://investasi.kontan.co.id/news/melanjutkan-penurunan-harga-emas-semakin-menjauh-dari-rekor-tertinggi