Human Interest Story
Kisah Penjual Wayang Kulit Keliling yang Masih Bersemangat walau Bekerja di Usia Senja
Ia masih terlihat energik berjualan wayang kulit yang dijajakannya di pinggir jalan Senopati, Ngupasan, kota Yogyakarta atau tepat didepan gedung Tama
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski usia sudah senja tak membuat semangat pria paruh baya yang disapa Mbah Tugiono (91) ini ikut memudar.
Ia masih terlihat energik berjualan wayang kulit yang dijajakannya di pinggir jalan Senopati, Ngupasan, kota Yogyakarta atau tepat didepan gedung Taman Pintar.
Sesekali dirinya menawarkan dagangannya kepada para pejalan kaki yang melintas tepat dihadapannya.
Dengan cekatan tangan tuanya menyodorkan barang dagangannya.
"Wayang kulitnya, murah saja dari kulit kerbau asli. Ada kaligrafi , pembatas buku semuanya dari kulit asli sapi dan kambing," ucapnya saat menawarkan barang dagangannya.
Tugiono mengatakan, ia sudah berjualan wayang kulit di pinggir jalan selama 35 tahun.
• Kisah Sukses Pemuda Asal Ngipik Gunungkidul, Budidaya Ikan Guppy Miliknya Raup Peningkatan Omzet
"Kalau dulu, saya masih keliling jualannya tidak di satu tempat. Ke mana saja yang bisa dituju. Sekarang, gak kuat berjalan jauh jadi hanya di sekitar daerah Taman Pintar dan pasar Beringharjo, saja," jelasnya kepada TRIBUNJOGJA.COM, pada Minggu (02/08/2020).
Untuk berjualan di usia yang tidak muda lagi, sebenarnya pilihan MbahTugiono sendiri.
Padahal, dirinya sudah dilarang anak-anaknya untuk berjualan.
Tugiono memiliki lima orang anak yang semuanya sudah berkeluarga.
Di mana, anak-anaknya pun bermata pencaharian sebagai pedagang juga.
"Anak-anak saya sudah melarang untuk berjualan namun saya tidak kerasan kalau di rumah saja, bosan. Ya, sudah akhirnya diperbolehkan namun tidak boleh sampai larut malam," ungkap pria paruh baya yang sudah memiliki sebelas cucu ini.
Tugiono melanjutkan, biasanya dirinya mulai berjualan pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.
• Kisah Pemuda Maroko Naik Haji dengan Jalan Kaki dan Bersepeda Selama 4 Tahun
Setiap hari untuk menuju lokasi tempat ia berjualan, Tugiono menggunakan angkutan umum TransJogja dari rumahnya yang berada di sekitar daerah Taman Sari, kota Yogyakarta.
Barang-barang dagangannya didapatkan dari temannya yang berada di Imogiri.
Dirinya hanya membantu menjualkan, jika laku dirinya bisa mendapatkan upah dari penjualan tersebut.
"Semua barang yang dijual didapatkan dari teman yang berada di Imogiri. Jadi, saya tinggal menjual saja," ujarnya.
Adapun, untuk harga wayang kulit dibanderol mulai dari Rp200 ribu hingga Rp700 ribu per karakter wayang.
Sedangkan, untuk pembatas buku yang terbuat dari kulit sapi seharga Rp10 ribu per unit. Lalu, untuk kaligrafi arab berbahan kulit kambing seharga Rp150 ribu per satuannya.
"Kalau banyak pembeli bisa untung Rp100 ribu per hari. Namun, kalau sepi seperti ini palingan hanya sekitar Rp50 ribu saja yang bisa dibawa pulang," ujarnya. (TRIBUNJOGJA.COM)