Kasus Covid-19 Meluas, BPBD Bantul Latih FPRB untuk Pemakaman Jenazah Virus Corona
Kasus Covid-19 Meluas, BPBD Bantul Latih FPRB untuk Pemakaman Jenazah Virus Corona
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA.COM, BANTUL - Jumlah kasus coronavirus disease atau (Covid-19) di Kabupaten Bantul mengalami lonjakan cukup signifikan pada Jumat (31/7/2020) kemarin.
Pemerintah Kabupaten pun terus berupaya agar dapat menekan laju persebaran dan menanggulanginya.
Salah satu caranya dengan memberdayakan masyarakat desa, utamanya yang tergabung dalam Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) untuk melakukan penyemprotan disinfektan, dan pemulasaraan jenazah.
Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengungkapkan, FPRB saat ini sudah ada dan terbentuk di 75 desa se-Kabupaten Bantul.
Anggotanya di masing-masing desa sekitar 50 - 75 orang.
Anggota FPRB yang juga gugus tugas penanggulangan Covid-19 tingkat desa itu akan dilatih serius terkait dengan cara penyemprotan disinfektan yang benar dengan menggunakan obat standar yang tidak merusak lingkungan.
Kemudian, juga akan dilatih juga mengenai tata cara dan prosedur bagaimana memakamkan jenazah yang diindikasikan terkonfirmasi covid-19.
Pelatihan tersebut rencananya akan mulai dilakukan pada awal bulan Agustus.
"Pemerintah nanti akan support sarana dan prasarananya. Baik obat disinfektan, maupun peralatan lain yang dibutuhkan," kata dia, Sabtu (01/8/2020).
• Gubernur Kepri Isdianto dan Lima Stafnya Positif Virus Corona, Pernah ke Jakarta dan Medan
• UPDATE Virus Corona di Jawa Timur Sabtu 1 Agustus 2020, Kota Surabaya Terbanyak, 8691 Positif
Dwi menjelaskan, penanggulangan pandemi coronavirus disease yang merupakan bencana non-alam, merupakan tugas bersama, sehingga pihaknya melatih dan memberdayakan masyarakat desa.
Tujuannya, kata dia, agar masyarakat tidak terlalu bersikap secara berlebihan dalam menghadapi Covid-19.
Terlebih, saat ini Kabupaten Bantul sudah memberlakukan peraturan Bupati (perbup) nomor 79 tentang adaptasi kebiasaan baru.
Sebab itu, menurut Dwi, sudah saatnya mulai hidup bersama-sama berdampingan dengan coronavirus. Tetapi tetap harus mematuhi protokol kesehatan.
Dwi tidak memungkiri bahwa saat ini di masyarakat masih muncul stigma buruk.
Kalau ada warga yang positif maka langsung harus dijauhi. Menurutnya, hal seperti itu harus dihindari karena menghadapi permalasahan bencana non-alam ini, butuh kebersamaan. Pihaknya mengaku lambat laun akan mengedukasi hal tersebut.
"Supaya masyarakat bertanggungjawab, sehingga stigma negatif di masyarakat tentang covid ini tidak terjadi lagi," ucap dia.
Diketahui, total keseluruhan jumlah pasien terkonfirmasi positif di Kabupaten Bantul per Jumat (31/7/2020) sore tercatat sudah mencapai 225 orang.
Rinciannya, 123 sembuh dan 6 meninggal dunia. Sedangkan lainnya, 96 pasien masih dalam perawatan.
Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Rahardjo menyampaikan, pihaknya tidak kaget dengan adanya lonjakan kasus terkonfirmasi positif di Bumi Projotamansari.
Sebab, trend kenaikan memang sebelumnya sudah diprediksi. Hal itu karena Pemkab Bantul saat ini terus melakukan rapid tes dan swab secara massif.
"Jadi itu konsekuensinya," kata dia.
Adapun soal banyaknya tenaga kesehatan (nakes) di Bantul yang positif, Agus mengatakan, hal itu karena salah satu sasaran screening yang gencar dilakukan oleh Dinas Kesehatan, selain menyasar pelaku perjalanan dan pasien kontak erat , juga menyasar seluruh tenaga kesehatan. Baik mereka yang bekerja di Puskemas maupun rumah sakit.
Pihaknya menduga bahwa coronavirus disease saat ini sudah menyebar kemana-mana. Sebab itu, dirinya terus berupaya melakukan pencegahan dengan tes cepat dan swab secara massal.
Tujuannya untuk menghentikan laju sebaran, kemudian menyembuhkan. (Tribunjogja/Ahmad Syarifudin)