Yogyakarta

Dua Tahun Berstatus Waspada, BPPTKG Sebut Merapi Belum Mengindikasikan Erupsi Besar

Gunung Merapi yang terletak di antara empat kabupaten di Jawa Tengah dan DIY, termasuk Sleman, telah dinyatakan dalam status waspada sejak 21 Mei 2018

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Twitter BPPTKG Yogyakarta
Ilustrasi: Gunung Merapi erupsi pada Minggu (21/6/2020) pagi sekitar pukul 09.13 WIB 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gunung Merapi yang terletak di antara empat kabupaten di Jawa Tengah dan DIY, termasuk Sleman, telah dinyatakan dalam status waspada sejak 21 Mei 2018.

Hal ini cukup menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat, apakah akan terjadi erupsi besar seperti pada 2010.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan hingga saat ini belum ada indikasi akan terjadi erupsi besar Gunung Merapi.

Ia menjelaskan, definisi status waspada gunung api ialah kondisi di atas normal dari parameter-parameter yang diukur dari gunung api, semisal seismisitas, geokimia, dan deformasi.

Cerita Pengemudi Jip Wisata Merapi untuk Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

“Seismisitas, geokimia, dan deformasinya itu di atas normal. Terutama dari seismisitasnya. Saat ini dari 2018 sampai sekarang masih waspada karena memang masih ada gejolak-gejolak dari dalam,” ujar Hanik dalam Webinar BPPTKG Merapi, Rabu (29/7/2020).  

Hanik menerangkan, erupsi Merapi pada tiga erupsi terakhir sifatnya berbeda antara erupsi 2006, 2010, dan 2018-saat ini.

“Kalau 2006 itu tipe Merapi dome collapse, awan panas. Kalau 2010 eksplosif yang sangat tinggi eksplosivitasnya. Kemudian yang 2018 sampai sekarang VEI-nya (volcanic explosivity index) I, kalau 2010 VEI-nya IV,” tutur Hanik.

“Jadi saat ini ada seismisitas, misalnya vulkanik dalamnya masih terjadi, kemudian vulkanik dangkal dan juga gempa-gempa yang lain ini di atas normalnya Merapi. Namun, kemudian apakah ada kemungkinan itu ke sana (terjadi erupsi besar), sampai saat ini data masih menunjukkan kemungkinan yang sangat kecil,” sambungnya.

Menurut Hanik, aktivitas yang ada di Gunung Merapi saat ini sangat kecil.

Kalau pun terjadi erupsi yang sewaktu-waktu terjadi, yakni berupa erupsi gas kemungkinan memang akan terjadi dalam taraf yang masih kecil.

“Karena seismisitasnya itu tadi belum ada indikasi untuk erupsi yang besar,” imbuhnya.

Gerakan Tanam Pohon Beringin untuk Jaga Kelestarian Lereng Merapi

Hanik menambahkan, erupsi besar Merapi yang terjadi pada 2010 sebelumnya terjadi pula pada 1872.

Menurutnya, suatu proses erupsi yang besar memiliki banyak faktor, misalnya magma yang ada di dalam.

“Magma dari dalam mengalami suatu kristalisasi berjalan dengan pelan-pelan. Berjalan dari dalam ke permukaan ini butuh waktu. Erupsi yang besar di 1872 dan sebelumnya 1822 ini ditandai sebelumnya oleh parameter-parameter yang ada seperti deformasi, seismisitas, gasnya, ini memberikan indikasi yang berbeda,” urainya.

“Sampai saat ini belum ada indikasi untuk terjadi erupsi yang besar,” pungkas Hanik. (TRIBUNJOGJA.COM) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved