Bisnis
Daya Beli Turun, Pemkab Gunungkidul Optimis Transaksi Hewan Ternak Tetap Stabil
Setidaknya,transaksi hewan ternak menjelang Iduladha tetap ramai, terutama jika dibandingkan dengan awal pandemi COVID-19.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sejumlah penjual hewan kurban mengeluhkan turunnya jumlah pembeli jelang Iduladha tahun ini.
Mereka menyebut situasi pandemi COVID-19 jadi penyebab lesunya transaksi hewan kurban.
Kabag Perekonomian dan SDA, Setda Gunungkidul, Elvita Dewi Wahid turut mengakui adanya penurunan tersebut.
Namun ia menyebut masyarakat sebenarnya sudah siap dengan kondisi pandemi ini.
"Itu bisa dilihat dari situasi di pasar hewan yang cenderung padat. Meski pendapatannya hanya 50-60 persen dibanding tahun lalu," kata Dewi ditemui usai pemantauan Pasar Hewan Siyono Harjo, Playen, Rabu (22/07/2020).
• Jelang Iduladha, Penjual Hewan Kurban di Gunungkidul Keluhkan Turunnya Jumlah Pembeli
Setidaknya, Dewi mengatakan transaksi hewan ternak menjelang Iduladha tetap ramai, terutama jika dibandingkan dengan awal pandemi COVID-19.
Meski ada penurunan pendapatan, ia mengatakan para penjual sudah cukup menerima dengan hasil tersebut.
Dewi pun menyatakan sangat optimis transaksi hewan ternak, baik jelang Iduladha atau hari-hari biasa, mampu bertahan di tengah situasi saat ini.
Apalagi mengingat Gunungkidul merupakan wilayah distribusi hewan ternak terbesar di DIY.
"Kami yakin pendapatan para penjual dan pemilik hewan ternak tetap stabil, ya bisa dilihat dari suasana pasar hewan," ujarnya.
Tak jauh berbeda, Kabiro Administrasi Perekonomian dan SDA DIY Ni Made Dwipanti juga menyebut ada penurunan tingkat penjualan dibandingkan Iduladha sebelumnya.
Hal tersebut didasarkan pada persediaan hewan ternak yang lebih tinggi dari permintaan saat ini.
• BREAKING NEWS: Catat Rekor, 28 Kasus Baru Covid-19 di DIY
Daya beli masyarakat yang turun akibat pandemi pun jadi salah satu faktor penyebab.
"Penurunannya kalo secara persentase, dibandingkan tahun lalu juga tak terlalu signifikan. Tidak sampai 50 persen," kata Dwipanti, yang turut hadir dalam peninjauan pasar hewan.
Kendati menurun, Dwipanti mengatakan kebutuhan hewan ternak tidak hanya untuk kurban.
Ada sektor lain seperti produksi makanan hingga kuliner yang membutuhkan pasokan sapi dan kambing.
Itu sebabnya, ia melihat ada peluang baik secara ekonomi dari kembali dibukanya aktivitas pariwisata dengan protokol kesehatan.
Sebab kebijakan tersebut berpengaruh pada tingkat kebutuhan daging di sektor kuliner.
"Saat ini kami juga sedang mengupayakan peningkatan tersebut, jadi optimis ekonomi bisa kembali pulih," kata Dwipanti. (TRIBUNJOGJA.COM)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/berita-gunungkidul_20180731_185434.jpg)