Update Corona di DI Yogyakarta
Lonjakan Kasus di DIY Tinggi, Ahli Epidemiologi UGM Sebut Reproduksi Covid-19 Bisa Jadi Naik
Melihat fenomena tersebut, ahli Epidemiologi Universitas Gajah Mada (UGM) dr. Riris Andono Ahmad membantah adanya anggapan gunung es Covid-19 mencair
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penambahan kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Minggu (19/07/2020) cukup mencengangkan yakni mencapai 16 kasus terkonfirmasi.
Melihat fenomena tersebut, ahli Epidemiologi Universitas Gajah Mada (UGM) dr. Riris Andono Ahmad membantah adanya anggapan gunung es Covid-19 mencair tanpa disadari.
Pria yang akrab disapa Doni ini mengatakan, penambahan kasus positif kali ini merupakan hal yang baru.
Dirinya pun belum berani menyimpulkan apakah ini artinya reproduksi Covid-19 di DIY mulai meningkat dan tidak diketahui.
"Saya belum bisa memberi penjelasan mendetail hari ini. Karena ini sesuatu yang baru. Penambahan yang signifikan," katanya kepada Tribunjogja.com, Minggu (19/7/2020).
• BREAKINGNEWS : Terbanyak Sepanjang Sejarah, 16 Kasus Baru Covid-19 di DIY pada 19 Juli 2020
Doni menambahkan, informasi yang diberikan oleh juru bicara penangan Covid-19 Pemda DIY cukup masuk akal.
Pasalnya, untuk saat ini Pemda DIY sudah tidak lagi menggunakan rapid test untuk keperluan pemeriksaan awal.
"Sekarang kan sudah pakai PCR, bukan lagi rapid test. Jelas penularan lokal dapat diketahui dan sangat masuk akal kalau ada peningkatan konfirmasi kasus," ungkapnya.
Persoalannya, untuk menghitung seberapa banyak transmisi lokal itu menyebar, butuh dilakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai data-data tracing.
Pada Mei lalu, sumber big data Bonza mencatat angka reproduksi Covid-19 masih diangka 0,92.
Doni tidak menyimpulkan secara tegas apakah reproduksi Covid-19 khususnya di DIY ini mengalami peningkatan seiring dengan kasus harian yang fluktuatif tersebut.
• Positif COVID-19 dari Kabupaten Gunungkidul Bertambah 5 Kasus
"Ya kalau dihiting bisa saja. Tapi saya tidak fokus itu. Namun, data harian saja tidak cukup kuat, karena pasti ada noise dalam pemeriksaan," tegasnya.
Lebih lanjut, Doni mengatakan, untuk melihat perkembangan reproduksi Covid-19 perlu melakukan kajian mendalam.
Misalnya, memperhatikan trend perkembangan yang saat ini terjadi.