Disbud DIY Optimis Proyek Pagar Alun-Alun Utara dan Pojok Beteng Selesai Tepat Waktu
Disbud DIY Optimis Proyek Pagar Alun-Alun Utara dan Pojok Beteng Selesai Tepat Waktu
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY pada 2020 memiliki fokus proyek pembangunan pada tiga lokasi, yakni Pojok Beteng, pagar Alun-Alun Utara Keraton, dan Masjid Gedhe Kauman.
Proses pembangunan ketiganya dimulai sejak 20 April 2020.
Untuk Pojok Beteng dan pagar Alun-Alun Utara Keraton memerlukan proses kurang lebih 95 hari kerja, sehingga keduanya direncanakan rampung akhir Juli ini.
Sementara, Masjid Gedhe Kauman membutuhkan proses 120 hari kerja, sehingga direncanakan selesai pada pertengahan Agustus.
“Sampai hari ini dari laporan di lapangan semua masih sesuai target, sehingga tidak ada kekhawatiran tidak selesai. Sampai hari ini kami yakin bisa selesai. Hampir 90 persen sampai hari ini untuk Pojok Beteng dan pagar Alun-Alun Utara,” ujar Kepala Disbud DIY, Aris Eko Nugroho saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (14/7/2020).
• Kunjungan Wisatawan Mulai Meningkat, Protokol Kesehatan Diperketat
• Kisah Putri Tukang Cukur Rambut asal Aceh yang Dilantik jadi Perwira Wanita Pertama Zeni Kowad
Ia menjelaskan, untuk Alun-Alun Utara ada tiga akses pintu, yakni sebelah utara, selatan, dan barat. Pintu utara dan selatan sebagai akses ke Pagelaran Keraton, sedangkan barat jika ada upacara-upacara Keraton.
Menurut Aris, untuk pembangunan Pojok Beteng, pagar Alun-Alun Utara Keraton, maupun Masjid Gedhe Kauman menggunakan dana keistimewaan (Danais).
Dengan rincian kurang lebih Rp2,3 miliar untuk pagar Alun-Alun Utara Keraton, Rp4,8 miliar untuk Pojok Beteng, dan Rp2,6 miliar untuk Masjid Gedhe Kauman.
Terkait pembangunan pagar Alun-Alun Utara Keraton, Aris menerangkan, alasan pembangunannya ialah untuk mengembalikan autentisitas atau keaslian dari alun-alun tempo dulu.
“Kalau ditanya mengenai rujukannya apa, salah satunya dalam dunia pedalangan itu ada kalimat yang selalu dikatakan dulu di situ (Alun-Alun Utara) ada pagar dan sebagainya. Selain itu juga salah satu tesis Thimothy Behrend tahun 1983, ia menuliskan ada penggambaran dari orang dulu bahwa ada pagar di sana,” tuturnya.
Adapun bentuk dan warna pagar tersebut senada dengan pagar Pagelaran Keraton yang berwarna hijau dan menggunakan motif pacak suci.
Sebelum melakukan pembangunan upaya pelestarian tersebut, terang Aris, pihaknya melakukan berbagai kajian, temuan, dan studi literatur.
Pembangunan ketiganya juga dimaksudkan untuk meloloskan DIY sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dengan sumbu filosofinya.
“Kebetulan di SK Gubernur Nomor 75 tahun 2017 tentang warisan budaya, halaman Keraton, Keraton, Masjid Gedhe, Pasar Beringharjo itu merupakan empat komponen yang sangat mendukung keberadaan dari salah satu yang sangat kita inginkan nantinya, yakni agar DIY sebagai salah satu warisan budaya dunia,” ungkapnya. (Tribunjogja/Maruti Asmaul Husna)
