Dinas Koperasi dan UKM DIY Kerja Sama dengan JERCOVID untuk Survei UMKM yang Terdampak Covid-19

Agus menambahkan, adanya kerja sama dengan JERCOVID untuk memudahkan pendataan bagi pelaku usaha.

Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting
Gedung pelayanan JERCOVID terdapat di gedung pusat layanan UMKM terpadu, Dinas Koperasi dan UKM DIY, jalan HOS. Cokroaminoto, Tegal Rejo, Kota Yogyakarta, pada Selasa (13/07/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hubungan kerja sama dilakukan Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY ) dengan Jogja Economic Resilience for Covid-19(JERCOVID) untuk mensurvei usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di DIY yang terdampak covid-19.

Melalui Kepala bidang layanan kewirausahaan, dinas koperasi dan UKM DIY, Agus Mulyono mengatakan, survei sudah dilakukan sejak Kamis (28/05/2020) lalu. Di mana pendataan dilakukan melalui platform digital yaitu google form dan aplikasi 'Sibakul' market place program pemerintah daerah (Pemda).

"Pendataan dilakukan secara daring melalui google form dan aplikasi Sibakul, di mana pendataan meliputi seluruh kabupaten di wilayah Yogyakarta seperti, kabupaten Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan kota Yogyakarta," ujar kepada TRIBUNJOGJA, pada Selasa (14/07/2020).

Di mana pendataan ini, nantinya berguna sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan bagi para pelaku UMKM di DIY.

Agus menambahkan, adanya kerja sama dengan JERCOVID untuk memudahkan pendataan bagi pelaku usaha.

Selain itu, menurut sekretaris umum JERCOVID, Timotius Apriyanto, pengadaan kerja sama dengan pemerintahan daerah (Pemda) DIY agar memudahkan akses bagi pelaku usaha yang terdampak pandemi.

Pendataan ini menggunakan Metode Non Random Sampling yaitu Purposive Sampling. Di mana proses sampling tidak dilakukan secara random.

Namun, dilakukan dengan menetapkan ciri-ciri khusus agar didapatkannya jawaban dari permasalan yang ada.

"Jadi survei dilakukan dengan menggunakan sebanyak 18 pertanyaan. Satu diantaranya terkait produktivitas sebelum pandemi dan daya beli dari pelaku UMKM. Ini dilakukan untuk menelisik permasalahan sebelum dan sesudah pandemi. Sehingga, dari kunpulan masalah diharapkan dapat ditemukan jawabannya,"jelasnya.

Adapun, koresponden yan didapat melalui aplikasi 'Sibakul' dan google form sebanyak 1000 UMKM yang paling terdampak covid-19.

Yang tersebar dari seluruh kabupaten yang ada di wilayah Yogyakarta meliputi, kabupaten Bantul, Kulon Progo, Sleman, Gunungkidul, dan kota Yogyakarta.

Adapun hasil survei tersebut, terdata sejumlah 321 pelaku usaha perdagangan menempati posisi puncak terbanyak yang terkena imbas pandemi sebesar (32,1 persen), disusul industri pengolahan sebayak 250 pelaku usaha (25 persen).

Lalu, bidang ekonomi kreatif pelaku (21.2 persen). Bidang Usaha lainnya terdata ada 133 pelaku (13.3 persen) UMKM, kemungkinan karena belum bisa menentukan kategori bidang usahanya atau memang merupakan jenis usaha yang melibatkan lebih dari satu bidang usaha.

Urutan berikutnya adalah bidang jasa 46 (4.6 persen). Data sebaran bidang usaha berikutnya secara berurutan berdasar peringkat persentase paling banyak adalah pertanian 16 (1.6 persen), pariwisata 8 (0.8 persen ), transportasi 5 (0.5 persen), kelautan dan perikanan 4 (0.4 persen ), real estate dan properti 3 (0.3 persen), konstruksi 2 (0.2 persen).

"Sejak Maret hingga Juni 2020, pendapatan UMKM turun dari Rp19,3miliar ke Rp3miliar atau penurunan senilai 80 persen," ujar Timotius.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved