Takut Stigma Negatif, Banyak Pedagang Pasar Tradisonal di Bantul Enggan Ikuti Rapid Test
Takut Stigma Negatif, Banyak Pedagang Pasar Tradisonal di Bantul yang Enggan Ikuti Rapid Test
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengalami kesulitan menjangkau seluruh pedagang pasar tradisional untuk menjalani rapid test Covid-19.
Pasalnya, para pedagang khawatir mendapat stigma negatif dari masyarakat seandainya nanti didapati hasil reaktif.
Kasi Sarana dan Prasarana (Sarpras) Dinas Perdagangan Bantul, Haryono mengatakan, pihaknya sebenarnya ingin menyasar sebanyak mungkin pedagang pasar tradisional.
Namun, berdasar pengalaman sejauh ini, banyak sekali pedagang yang terkesean menghindari tes cepat itu.
"Sasaran kita sebanyak mungkin. Tapi, pedagang masih banyak yang tak mau rapid test.
Kalau kita kasih undangan, ada pedagang mangkir ya, bisa cuma separo yang datang," katanya, di sela kegiatan rapid test massal di Pasar Jodog, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Senin (6/7/2020).
Dirinya berujar, untuk di Pasar Jodog, Dinas Perdagangan menyasar sedikitnya 110 pedagang, yang diharapkan dapat dilahap sepenuhnya.
• Daerah Istimewa Yogyakarta Tambah Enam Kasus Baru Covid-19, Berikut Riwayat Perjalanannya
• Dokter di Jawa Timur yang Jadi Korban Covid-19 Bertambah, dr Putri Meninggal Setelah 20 Hari Dirawat
Namun, ia tidak menampik, pihaknya memang mengalami kesulitan meningkatkan kesadaran pedagang untuk sukarela mengikuti rapid test ini.
"Mereka takut kalau nanti hasilnya reaktif, takut mendapat stigma dari tetangga, khawatir juga kalau sampai karantina dan tidak bisa jualan.
Kesulitan kita ya seperti itu, corona ini sudah dianggap momok menakutkan, padahal rapid test kan jadi bagian dari pencegahan," terangnya.
Lebih lanjut, Haryono pun menjelaskan, selain Pasar Jodog, rapid test massal juga diselenggarakan di sejumlah pasar tradisional lain, seperti Pasar Sorobayan, Pasar Pundong, Pasar Piyungan, Pasar Janten, hingga Pasar Sungapan, dengan total sasaran sekitar 8.582 pedagang. (Tribunjogja/Azka Ramadhan)