Pandemi COVID-19 Belum Kelar, di China Muncul Virus Flu Babi Baru yang Menginfeksi 4,4% Populasi
Di China sebuah galur (strain) virus flu baru yang berasal dari babi dan berpotensi menjadi pandemi telah diidentifikasi oleh sejumlah ilmuwan di Chin
Berbagai vaksin flu yang tersedia saat ini tampaknya tidak bisa melindungi manusia dari virus tersebut, meskipun dapat diadaptasi untuk melawannya jika diperlukan.
Prof Kin-Chow Chang, yang bekerja di Universitas Nottingham, Inggris, mengatakan kepada BBC:
"Saat ini perhatian kami teralihkan oleh Virus Corona dan memang patut demikian. Namun kami tidak boleh kehilangan fokus pada virus-virus baru yang berpotensi membahayakan."

Meskipun virus baru ini belum menjadi masalah darurat, dia menegaskan: "Kami tidak boleh mengabaikannya". Para ilmuwan yang menulis dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences menyebut bahwa langkah-langkah untuk mengendalikan virus tersebut di dalam babi-babi dan pengawasan populasi secara ketat harus diterapkan dengan segera.
• Inilah 30 Besar Negara Terbanyak Pasien Virus Corona, USA, China hingga Indonesia
Prof James Wood, selaku Kepala Departemen Kedokteran Hewan di Universitas Cambridge, mengatakan penelitian para ilmuwan "muncul sebagai pengingat nan berfaedah" bahwa umat manusia selalu menghadapi risiko kemunculan patogen baru dan hewan-hewan yang diternakkan dan lebih dekat dengan manusia, dapat mengemuka sebagai sumber virus-virus yang menimbulkan pandemi.
Jumlah infeksi
Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuwan gabungan dari beberapa universitas di China, serta Chinese Center for Disease Control and Prevention (China CDC).
Mengutip Science Alert, Selasa (30/6/2020), studi ini telah dipublikasikan pada jurnal sains PNAS.
Awal penelitian sudah dimulai sejak 2011. Selama delapan tahun yakni 2011-2018, para peneliti mengambil 30.000 sampel swab hidung dari tempat penjagalan babi yang tersebar di 10 provinsi di China.
Dari pengambilan sampel tersebut, mereka mendapatkan 179 jenis flu babi. Mayoritas jenis virus tersebut menyebar di peternakan babi sejak 2016. Para ilmuwan kemudian melakukan eksperimen terhadap musang.
Hewan ini kerap digunakan dalam eksperimen virus flu karena menimbulkan gejala yang hampir mirip dengan manusia. Terutama demam, batuk, dan bersin. Dari eksperimen tersebut, diketahui tingkat infeksi virus G4 sangatlah tinggi.
Virus tersebut bereplika dalam sel-sel tubuh manusia dan menimbulkan gejala yang lebih serius dibandingkan jenis virus flu lainnya.
Tes antibodi juga membuktikan bahwa tidak ada imunitas yang terbentuk dari virus flu biasa (musiman) untuk dapat melawan G4.
Saat para peneliti melakukan tes antibodi terhadap populasi yang memiliki kontak dekat dengan virus tersebut, hasilnya mencengangkan. Sebanyak 10,4 persen pekerja di penjagalan dan peternakan babi disebut telah terinfeksi.
Tes yang sama juga memprediksi sekitar 4,4 persen populasi China secara keseluruhan telah terinfeksi G4.