Update Corona di DI Yogyakarta

Pemkot Yogyakarta Ubah Target Kinerja Karena COVID-19

Pemkot Yogya menargetkan tahun 20201 angka kemiskinan bisa menjadi 10,7 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kota Yogya 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota Yogyakarta mengubah target kinerja tahun ini.

Bukan tanpa alasan, hal tersebut karena dampak COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga angka kemiskinanan di Kota Yogyakarta.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono mengatakan Bappeda Kota Yogyakarta menyusun tiga skenario berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi, yaitu pesimis, moderat, dan optimis. 

Skenario pesimis artinya Pemkot Yogyakarta menyiapkan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi di Kota Yogyakarta, sementara moderat adalah skenario menengah, sedangkan optimis artinya sudah mulai membaik. 

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 28 Juni 2020, Positif Bertambah 2 Kasus

"Selama pandemi COVID-19 ini kan target kinerja kita berubah. Karena kita tidak tahu COVID-19 ini seperti apa, maka kita buat tiga skenario, pesimis, moderat, optimis. Ada asumsi-asumsi yang mendasari untuk menentukan skenario itu. Kalau merencanakan kan kita rencanakan yang terburuk dulu," katanya, Minggu (28/06/2020).

Ia mengungkapkan pihaknya menargetkan skenario pesimis tahun ini.

Menurut dia, dampak COVID-19 memang sangat dahsyat.

Kota Yogyakarta sangat tergantung pada sektor pariwisata, dengan adanya COVID-19, sektor pariwisata sangat menurun. 

Pandemi COVID-19 juga berdampak pada meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan Kota Yogyakarta.

Angka kemiskinan di Kota Yogyakarta tahun 2020 berdasarkan asumsi pesimis ditetapkan 13,97 persen, asumsi moderat ditetapkan 12,4 persen, dan asumsi optimis ditetapkan 10,6 persen. 

Sementara untuk angka pengangguran di Kota Yogyakarta pada tahun 2020 mengalami peningkatan, tahun sebelumnya sekitar 4,8 persen sedangkan tahun ini mencapai 10,46 persen untuk skenario pesimis. 

"Kita mau menyamai tahun kemarin saja susah. Cara kita membuat asumsi itu begini, misalnya wisatawan, dulu kita kedatangan wisatawan luar negeri dan luar DIY berapa, tahun ini kita hanya kedatangan wisatawan DIY. Sektor pariwisata menjadi penopang yang paling besar," ungkapnya. 

Pemkot Yogyakarta Sudah Gunakan Anggaran Rp40 Miliar untuk Penanganan COVID-19

"Kalau lihat PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sektor paling besar adalah akomodasi dan makan minum, di dalamnya adalah pelaku wisata. Sementara saat ini banyak karyawan PHK dan dirumahkan. Kondisi ini menyebabkan angka kemiskinanan juga mengalami kenaikan, termasuk pengangguran, juga kesenjangan rasio gini," sambungnya.

Dengan demikian, Bappeda Kota Yogyakarta mengasumsikan pertumbuhan ekonomi minus sebesar 2,2 persen, asumsi moderat plus sebesar 0,35 persen, dan asumsi optimis plus 2,07 persen. 

Meski demikian, Agus memastikan Pemkot Yogyakarta melakukan upaya maksimal agar asumsi pesimis tidak terjadi.

Ia menargetkan tahun 20201 angka kemiskinan bisa menjadi 10,7 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen.

Hal itu termaktub dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved