Buah Bibir
Buah Bibir:- Yeshinta Sonya Taneke, Pelajaran Berharga dari Gempa Jogja
Seumur hidupnya, Yeshinta Sonya Taneke mungkin tak akan pernah melupakan kejadian gempa yang melanda DIY pada 2006.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Seumur hidupnya, Yeshinta Sonya Taneke mungkin tak akan pernah melupakan kejadian gempa yang melanda DIY pada 2006.
Pasalnya, bencana yang berdampak dahsyat tersebut ikut merenggut jiwa kakak kandung Sonya satu-satunya.
Peristiwa itu memberi perubahan besar pada diri perempuan kelahiran Malang, 5 Maret 1996 ini.
Singkat cerita, sebelum gempa terjadi Sonya diminta untuk berbelanja di warung dekat rumah.
Namun, sang kakak menawarkan diri untuk menggantikan dirinya.
• Kisah Pertemuan Korban Gempa Jogja Asal Bantul Setelah Terpisah Selama 13 Tahun
Di depan warung itu berdiri bangunan pabrik tembakau.
Saat sang kakak selesai berbelanja di warung, gempa terjadi.
Pabrik itu runtuh dan menjatuhi sang kakak yang sedang dalam perjalanan pulang.
“Waktu gempa itu saya seperti ketemu penolong untuk saya. Apalagi saat itu kondisinya saya dan kakak sedang tidak akur, seperti berantem,” ujarnya.
Butuh waktu bagi Sonya untuk menghapus perasaan menyesal. Hal itu berdampak pada perubahan karakter dan perilakunya.
“Akhirnya saya jadi pendiam, takut berbuat salah ke orang-orang. Saya sangat menjaga hubungan dengan orang. Sedikit-sedikit saya jadi sering meminta maaf. Sebelumnya saya cenderung anak nakal,” tuturnya.
• Buah Bibir: Zukhrofa Lebih Banyak Bersyukur dan Produktif Selama di Rumah
Hingga kini, seiring doa yang terus bergulir untuk mendiang sang kakak, Sonya mengaku masih terus menyertakan permintaan maafnya.
Di satu sisi, ia mengaku mendapatkan pelajaran untuk sebisa mungkin menjaga hubungan dengan orang lain.
Hingga lulus kuliah pada Februari 2018 dari Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, Sonya masih belum memiliki keberanian untuk mengasah minat dan bakatnya.
Namun, setelah wisuda dan sembari menunggu panggilan kerja, ia memberanikan diri untuk menapaki jalan yang telah lama ia inginkan.
“Sejak kecil saya suka melihat kontes Putri Indonesia, Miss Indonesia. Karena menunggu dapat kerja memberanikan diri ikut ajang,” tuturnya.
Beberapa ajang yang pernah dia ikuti di antaranya Pemilihan Model Multitalent Klaten 2018, Duta Bahasa DIY 2018, Mas Mbak Klaten 2018 dan meraih juara harapan 2, serta Miss Icon Indonesia Wakil Jawa Tengah 2018.
“Sebelum ikut ajang-ajang itu pernah ikut komunitas yang bergerak di bidang sosial untuk penyandang disabilitas, yaitu Yogyakarta Humanity Affection (YHA). Beberapa bulan di sana,” ungkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Pada November 2018, akhirnya Sonya mendapat panggilan bekerja di tempat yang sejak dulu ia idamkan.
Untuk pertama kali pula, Sonya meninggalkan DIY untuk hidup di ibukota sebagai pegawai di suatu bank swasta.
“Awal masuk kerja pernah kecopetan di KRL (kereta rel listrik). Kalau katanya Jakarta rawan itu memang benar. Handphone saya hilang padahal baru beli. Semenjak itu jadi hati-hati dan jaga diri,” beber penyuka tiwul dan gudeg ini. (TRIBUNJOGJA.COM)