Nasib Pedagang Batu Akik di Yogyakarta, Dagangan kian Sepi Pembeli saat Pandemi Covid-19

Ketika, tren batu akik sekitar lima tahun silam , dalam sehari dirinya bisa meraup keuntungan hingga Rp3 juta.

Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting
Telas Kadir (55), seorang penjual batu akik di jalan Panembahan Senopati, kota Yogyakarta saat ditemui TRIBUNJOGJA.COM,pada Kamis (25/06/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah penjual batu akik di jalan Panembahan Senopati, kota Yogyakarta, mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi covid-19.

Satu di antaranya adalah Telas Kadir (55), penjual batu akik yang pendapatannya menurun hingga 80 persen selama wabah Corona merebak.

Ia pun terpaksa menutup dagangannya pada Maret-Mei 2020.

"Biasanya pembeli batu akik kebanyakan supir bus pariwisata dan sebagian lagi dari wisatawan. Sejak pandemi kan wisatawan tidak ada, otomatis bus tak beroperasi. Sehingga, saya pun menutup dagangan selama tiga bulan," jelas Telas kepada TRIBUNJOGJA.COM, pada Kamis (25/06/2020).

Telas pun kembali membuka lapak dagangan batu akik miliknya pada awal Juni 2020 lalu.

Namun, kata Telas, kondisi belum begitu membaik. Penjualan batunya masih sepi meskipun sudah ada beberapa pembeli yang datang.

"Sebenarnya masih sepi sekali. Namun, sudah ada beberapa pengunjung yang bertanya bahkan membeli batu. Selama beroperasi lagi pendapatan tidak tentu, hari ini cuma membawa pulang uang Rp7 ribu, saja", ujar Telas.

Adapun, harga batu akik yang dijual Telas bermacam-macam. Batu akik paling murah dibanderol seharga Rp25 ribu sedangkan yang paling mahal Rp300 ribu.

"Kalau yang biasa sekitar Rp25 ribu seperti jenis Chalsadeon. Sedangkan yang harganya masih lumayan mahal seperti batu Giok dan jenis kecubung yang masih bisa dijual seharga Rp300 ribu," tutur Telas.

Telas menambahkan, pendapatannya sebenarnya sudah mulai menurun sejak pamor batu akik mulai meredup.

Ketika, tren batu akik sekitar lima tahun silam , dalam sehari dirinya bisa meraup keuntungan hingga Rp3 juta.

"Ya, sebenarnya penurunan omzet sudah dirasa sejak batu akik sepi peminat. Tetapi penghasilan masih bisa mencapai Rp200 ribu per hari. Kalau pandemi ini memang sangat tertekan, bisa bawa pulang uang ke rumah saja, sudah bersyukur," pungkas Kadir. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved