Prediksi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar dan Harga Emas Batangan Sabtu 20 Juni 2020

Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik

Editor: Iwan Al Khasni
MARVIN RECINOS / AFP
Dollar AS 

Keterangan:

Logam Mulia Antam menjual emas dan perak batangan dalam beberapa ukuran berat (misalnya 1 gram, 2 gram, dan 500 gram).

Biasanya harga per gram emas Antam akan berbeda tergantung berat batangnya.

Perbedaan ini terjadi karena ada biaya tambahan untuk pencetakan, sehingga harga per gram emas Antam batang kecil lebih mahal dari batang yang lebih besar. Harga yang ada di sini adalah harga per gram emas batang 1 kilogram yang biasa dijadikan patokan pelaku bisnis emas.

Analisa Nilai Tukar Rupiah

Banjir likuiditas dolar Amerika Serikat (AS) di pasar global membuat rupiah dalam sepekan ini menguat.

Mengutip Bloomberg, Jumat (19/6), rupiah melemah 0,16% ke Rp 14.100 per dolar AS. Namun, dalam sepekan, rupiah menguat 0,23%.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (B) mencatat rupiah melemah 0,39% di akhir pekan. Sedangkan, dalam sepekan rupiah masih menguat 0,11%.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail Zaini mengatakan, rupiah menguat karena likuiditas dolar AS di pekan ini bertambah akibat aksi beli obligasi korporasi oleh Federal Reserve.

"Investor melepas dolar AS dan masuk ke emerging market seiring penurunan kekhawatiran gagal bayar obligasi korporasi di AS," kata Mikail, Jumat (19/6).

Dia pun memproyeksikan kurs rupiah di pekan depan berpotensi kembali menguat karena mendapat dukungan dari pertumbuhan cadangan devisa. Apalagi, penerbitan sukuk global senilai US$ 2,5 miliar pekan ini berlangsung sukses. Mikail memproyeksikan cadangan devisa berpotensi bertambah US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar dari suksesnya penerbitan sukuk global.

Mikail memperkirakan rupiah pekan depan menguat karena aktivitas impor yang belum masif. Alhasil dolar AS yang masuk akan lebih banyak daripada dolar AS yang keluar dari pasar keuangan domestik.

Sedangkan, analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, sentimen positif dari data neraca perdagangan yang surplus serta suku bunga acuan BI yang menurun belum cukup untuk menyokong rupiah kembali menguat di pekan depan. Tantangan penguatan rupiah di pekan depan adalah konflik geopolitik AS-China, Korea Utara-Korea Selatan, dan India-China.

"Aset berisiko seperti rupiah masih riskan karena dolar berpotensi kembali menguat ketika pandemi Covid-19 belum juga mereda dan kembali membuat cemas," kata Faisyal.

Dia mengatakan, pelaku pasar akan menanti data indeks manufaktur dan sektor jasa dari beberapa negara.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved