Update Corona di DI Yogyakarta

PPMAY Menolak Pembatasan Pengunjung Malioboro

Jika biasanya kapasitas pengunjung Malioboro mencapai 5.000 hingga 10.000 orang maka akan dibatasi menjadi 2.500 orang saja.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Pintu masuk Malioboro di sisi timur, pengunjung di pedestrian timur berjalan menuju arah selatan, Kamis (11/06/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pemerintah Kota Yogyakarta akan membatasi jumlah pengunjung yang masuk kawasan Malioboro.

Jika biasanya kapasitas pengunjung Malioboro mencapai 5.000 hingga 10.000 orang maka akan dibatasi menjadi 2.500 orang saja.

Menanggapi hal ini, Koordinator Paguyuban Pengusaha Malioboro dan Ahmad Yani (PPMAY), Karyanto Yudomulyono menyatakan mewakili PPMAY menolak kebijakan tersebut.

Menurutnya, pembatasan pengunjung dapat mempersulit kondisi para pengusaha dan pedagang.

Malioboro Terbagi Menjadi 5 Zona dan Dibatasi untuk 2.500 Pengunjung Saja

“PPMAY keberatan kalau dikurangi. Kalau dikurangi orang-orang akan takut ke Malioboro. Sekarang rata-rata omzet toko hanya 30 persen dari kondisi sebelum pandemi, kalau dikurangi ya ambrol. Toko-toko tambah susah,” ungkapnya kepada Tribunjogja.com, Jumat (19/6/2020).

Karyanto mengungkapkan, para pedagang dan pengusaha selama ini selalu menuruti peraturan dari pemerintah mengenai kenormalan baru, yaitu menjaga Malioboro dan Ahmad Yani yang taat protokol kesehatan Covid-19.

Di antaranya dengan selalu menjaga kebersihan dan toko-toko menyediakan tempat cuci tangan dengan hand sanitizer atau sabun cuci tangan.

Selain itu, senantiasa memakai masker di tengah pandemi Covid-19 ini.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 19 Juni 2020, Ada Satu Tambahan Kasus Baru

“Saat ini hanya 45 persen toko yang buka, yang lain masih memperhitungkan usahanya apakah sudah bisa buka atau tidak, sebab omzet toko-toko sekarang mulai naik menjadi 30 persen. Jadi masih belum cukup biaya operasionalnya,” tutur Karyanto.

“Kami sudah mendorong anggota kami untuk membuka tokonya meskipun hasil usahanya belum cukup memuaskan, tapi kami berkewajiban melayani masyarakat luas,” sambungnya.

Karyanto pun mempertanyakan terkait pembatasan pengunjung Malioboro.

“Dibatasi 2.500 cara menghitungnya bagaimana? Per hari atau per jam? Ini aneh. Jika ada masuk 10.000 orang, yang 7.500 dihalau keluar? Ambyar,” pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved