Sport
Hindari Stres, Atlet Harus Tanamkan 'Mindset' Positif
Berbagai tips maupun trik yang disampaikan oleh para narasumber diharapkan dapat digunakan oleh para atlet maupun pelatih Pemusatan Latihan Daerah (Pu
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM - KONI DIY menggelar Webinar bertajuk 'Mengatasi Problema Psikologi Di Era Pandemi dan Kesiapan Memasuki New Normal Di Puslatda PON DIY', Kamis (18/6/2020) kemarin.
Berbagai tips maupun trik yang disampaikan oleh para narasumber diharapkan dapat digunakan oleh para atlet maupun pelatih Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) PON XX DIY, untuk mengatasi problem psikologi sehingga mampu membangkitkan semangat kembali.
Walaupun penyelenggaraannya mundur satu tahun, dari semula akan diadakan pada Oktober-November 2020 ini mundur menjadi tahun 2021 karena pandemi Covid-19.
• Persiapan Hadapi Porda 2022, KONI Kulon Progo Minta Atlet Latihan di Rumah
"Kita sudah mengalami latihan di rumah selama masa pandemi ini kurang lebih 2 bulan. Mau tidak mau para atlet dilanda kebosanan dan itu harus diatasi. Sehingga tidak menjadi suatu kondisi yang mereka harus turun skill condition-nya itu. Oleh karena dia harus latihan di rumah saja," kata Ketua Umum KONI DIY, Djoko Pekik Irianto.
"Kesiapan atlet dan pelatih luar biasa dalam kondisi pandemi (Covid-19). Banyak yang sudah tidak sabar lagi turun ke lapangan untuk berlatih secara normal. Tentu kami berpesan supaya tahan dulu (hingga masa tanggap darurat berakhir)," tambahnya.
Dalam kegiatan webinar tersebut, tiga narasumber turut dihadirkan oleh KONI DIY, yakni Pelatih Cabor Kempo Puslatda KONI DIY, Agung Wibowo, mantan atlet nasional berprestasi Lia Karina Mansur, dan Psikolog sekaligus Dosen UGM, Haryanto.
Dalam pemaparannya, disampaikan oleh Haryanto atau yang akrab disapa dengan Aa’ Sentot tersebut, bahwa setiap manusia pastinya memiliki masalah.
Sebab bila manusia tidak memiliki masalah maka justru bisa kehilangan sisi kemanusiaannya.
Adanya masalah atau tantangan ini justru dapat membentuk manusia yang utuh, tangguh, dan tahan banting.
• KONI Yogya Bakal Rampungkan Proses Mutasi 9 Atlet yang Gagal Tampil pada Porda 2019 Lalu
Perihal adanya virus Covid-19, juga tidak lepas dari suatu masalah.
Menurutnya Allah ingin memformat ulang seluruh tatanan kehidupan makhluk di bumi.
Hal ini tak dipungkiri berdampak pada semua hal.
Tidak terkecuali psikologi manusia, di samping yang utama yakni kesehatan manusia yang kemudian dapat menimbulkan rasa takut, cemas, bingung, galau, marah, bosan, stres, dan lainnya.
Berdasarkan data dari China/WHO, hal ini juga menyebabkan adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga, angka perceraian, kriminalitas meningkat, hingga kasus bunuh diri.
"Tentu para pengurus, pelatih, dan atlet yang lebih tahu, kira-kira kemudian dampaknya dalam bidang olahraga seperti apa. Di sisi lain kita akan menghadapi new normal, tentu yang seperti apa," jelas Haryanto.
Kemudian untuk mengatasi hal ini, lanjut dia, tentu yang pertama menanamkan mindset positive thinking, positive psychology atau selalu berpikir, bersikap dan bertindak positif.
• Rindu Latihan Normal, Sejumlah Cabor Puslatda Tunggu Instruksi KONI DIY
Kedua, selalu fokus pada satu titik. Misal saat melakukan kegiatan latihan puslatda.
Ketiga, selalu sikapi informasi dengan bijak.
Sebab salah satu dari sumber stres adalah menerima informasi yang belum tentu benar.
Maka hendaknya saring sebelum sharing dan mengurangi hal demikian. Termasuk di dalamnya tontonan video, televisi, hingga media sosial.
Dalam mengatasi kebosanan pula, Aa’ Sentot juga mengimbau kepada atlet dan pelatih untuk selalu kembangkan sikap dan berpikir inovasi serta kreatif atau out of the box thinking.
Dirinya juga mendorong baik pelatih maupun atlet untuk selalu dapat berkomunikasi dan diskusi satu sama lain.
Kemudian untuk mempertahankan semangat dan daya juang, atlet dan pelatih juga harus bekerja keras dan tekun berlatih.
Namun demikian, dilakukan secara proporsional dan tidak over confidence atau berlebihan.
"Manajemen stres juga perlu dikembangkan, karena salah imbas dari kegiatan di rumah saja atau pengunduran jadwal PON, dan lainnya. Dengan mengendalikan pikiran, karena emosi sering menyebabkan stres. Ini bisa berakibat ke perasaan, pikiran, dan perilaku," jabarnya.
Misal tidak bisa tidur, gangguan makan, semangat menurun, pikiran buntu, emosi meningkat, dan sebagainya.
Sehingga perlu ada keseimbangan atau selingan kegiatan atau relaksasi. Misal dengan meditasi, yoga, pijat, mendengarkan musik, mengembangkan hobi, dan lain-lain.
• KONI Dukung PSSI Kembali Gulirkan Kompetisi
Di sisi lain, pelaku olahraga juga hendaknya tidak malu, sungkan, atau takut untuk melakukan konsultasi dengan para ahli seperti dokter, psikiater, psikolog, dan lainnya, terlebih untuk masalah kejiwaan.
Serta selalu manfaatkan lingkungan untuk konsultasi. Semisal dengan pelatih, pembina, pengurus, dan orang tua.
Dirinya pun mengimbau kepada atlet dan pelatih untuk selalu berhati-hati dengan konsumsi obat, suplemen, hingga penyelesaian masalah dengan supranatural.
Hendaknya hal ini dikonsultasikan dengan ahlinya serta dengan pendekatan spiritual, diharapkan dapat menjadi pendukung untuk mengatasi berbagai masalah, sebagai pemacu dan pemicu untuk berprestasi.
Sementara itu mantan atlet nasional berprestasi Lia Karina Mansur, dalam kegiatan webinar juga turut menyampaikan berbagai pengalamannya saat aktif menjadi atlet taekwondo.
Tidak sedikit cobaan yang dihadapi, baik itu kebosanan dalam berlatih hingga mengalami cedera kaki parah beberapa bulan sebelum bertanding.
Menurut peraih medali emas PON XIX 2016 Jawa Barat ini, kunci keberhasilan untuk meraih prestasi yakni menanamkan keyakinan pada diri sendiri, selalu berlatih keras, dan tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun.
Tak lupa juga selalu berdoa kepada Tuhan.(TRIBUNJOGJA.COM)