Wabah Virus Corona

Penjelasan Pemerintah New Normal Dikaitkan dengan Penerapan Herd Immunity Alami

Akan sulit untuk menerapkan herd immunity alami di Indonesia, mengingat jumlah penduduknya yang banyak sehingga akan memakan waktu puluhan tahun

Editor: Rina Eviana
Shutterstock/Pixfly
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA -Indonesia hingga kini masih menghadapi pandemi Virus Corona penyebab COVID-19. Bahkan hingga kemarin, penambahan kasus baru COVID-19 rata-rata di atas 1.000 orang per hari.

Sebagaimana diktahui, jumlah kasus Virus Corona di Tanah Air hingga Rabu (17/6/2020) mencapai angka 41.431 orang. Kemarin ada penambahan sebanyak 1.031 pasien. 

Di sisi lain, pemerintah menerapkan kenormalan baru atau new normal, mengembalikan aktivitas masyarakat guna menggerakkan perekonomian yang sempat tersendat.

ILUSTRASI - Suasana simulasi penanganan virus Corona di RS Margono Soekarjo, Purwokerto.
ILUSTRASI - Suasana simulasi penanganan virus Corona di RS Margono Soekarjo, Purwokerto. (TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati)

Kini pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah mulai mencabut dan melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Mengingat kasus COVID-19 yang masih tinggi namun konsep new normal mulai diberlakukan, apakah ini upaya pemerintah menerapkan heard immunity alami secara tidak langsung?

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc, menyebutkan bahwa new normal tak bisa dikaitkan dengan herd immunity.

Keduanya berbeda konsep. Ia mengatakan, akan sulit untuk menerapkan herd immunity alami di Indonesia, mengingat jumlah penduduknya yang banyak sehingga akan memakan waktu puluhan tahun.

"Jadi jangan ditabrakkan (new normal dengan herd immunity). Pahami ilmunya, kondisinya, dan diri kita," kata Wiku yang juga Guru Besar FKM UI dalam webinar Gerakan Alumni UI4NKRI: Adaptasi Kebiasaan Baru ( New Normal), Rabu (17/6/2020).

Ia menjelaskan, herd immunity atau kekebalan kelompok secara alami akan terbentuk jika semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh.

Sebab, semakin banyak juga orang yang kebal akan virus tersebut. Seperti diketahui, orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi, tubuhnya akan memiliki antibodi untuk melawan virus tersebut bila suatu waktu virus kembali menyerang.

PERSIAPAN NEW NORMAL. Pengguna jalan melintasi kawasan simpang emapat Tugu, Kota Yogyakarta, Selasa (26/5/2020). Pemda DIY tengah menyiapkan SOP dalam mempersiapkan pola new normal dengan penerapan protokol kesehatan dan masa tanggap darurat Covid-19 di wilayah DIY akan berakhir pada 29 Mei mendatang.
PERSIAPAN NEW NORMAL. Pengguna jalan melintasi kawasan simpang emapat Tugu, Kota Yogyakarta, Selasa (26/5/2020). Pemda DIY tengah menyiapkan SOP dalam mempersiapkan pola new normal dengan penerapan protokol kesehatan dan masa tanggap darurat Covid-19 di wilayah DIY akan berakhir pada 29 Mei mendatang. (Tribunjogja.com | Hasan Sakri)

Wiku mengatakan, kondisi herd immunity ini akan terjadi jika ada penularan aktif di masyarakat.

Sementara, pada saat ini pemerintah berupaya memutus rantai penularan dengan penerapan protokol kesehatan COVID-19.

Menurut dia, jika ingin terjadi herd immunity alami, sudah pasti arahan yang diberikan berbeda, yakni tidak perlu memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

"Jadi kalau pemerintah mengatakan Anda harus jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, dan sebagainya, bagaimana caranya terjadi penularan? Yah kan enggak bisa," jelasnya.

Wiku mengatakan, dengan penerapan protokol kesehatan yang menghambat penularan virus corona, maka herd immunity alami tak bisa dilakukan.

Ia menyebut, dengan cara ini herd immunity akan sangat lama untuk bisa terbentuk.

"Apakah akan terjadi herd immunity? Yah enggak akan. Kalau pun bisa, terjadi lama sekali, puluhan tahun kali. Karena selalu dijaga terus (agar tidak menular)," ungkapnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "New Normal, Benarkah Cara Pemerintah Terapkan Herd Immunity Alami?"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved