Hubungan Kim Jong Un & Donald Trump Berakhir: Korea Utara Sebut Amerika Serikat Munafik!

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak tertarik mempertahankan hubungan baik dengan presiden AS Donald Trump

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
AFP PHOTO / SAUL LOEB
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Ketika ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat, negara otoriter mempertahankan kebijakan AS membuktikan Washington adalah ancaman jangka panjang bagi Korea Utara dan rakyatnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak tertarik mempertahankan hubungan baik dengan presiden AS Donald Trump, demikian dilaporkan pada peringatan dua tahun KTT pertama para pemimpin.

Di tengah meningkatnya urusan antar-Korea (Korea Utara dengan Korea Selatan), Korea Utara telah mengumumkan tidak melihat peningkatan dalam hubungan.

Bahkan negara supertertutup itu mengatakan bahwa kebijakan AS membuktikan pemerintahan Trump tetap menjadi ancaman jangka panjang bagi negara yang tertutup dan rakyatnya.

Menurut kantor berita negara KCNA, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Son Gwon membuat pernyataan bahwa mereka tak lagi percaya janji kosong munafik yang dibuat oleh Trump pada pertemuan bersejarah dua tahun lalu.

KTT Singapura pada bulan Juni 2018 mewakili pertama kalinya seorang presiden Amerika bertemu dengan seorang pemimpin Korea Utara, tetapi pernyataan yang keluar dari pertemuan itu tidak jelas secara spesifik, dan sebaliknya memberikan empat komitmen umum.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani dokumen bersama di Hotel Capella, Singapura, Selasa (12/6/2018).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani dokumen bersama di Hotel Capella, Singapura, Selasa (12/6/2018). (AFP Photo/ Saul Loeb via Kompas.com)

Ri mengatakan, dalam retrospeksi pemerintahan Trump tampaknya hanya berfokus pada mencetak poin-poin politik sambil berusaha untuk mengisolasi dan mencekik Korea Utara, dan mengancamnya dengan pencegahan serangan nuklir dan perubahan rezim.

"Kami tidak akan pernah lagi memberikan kepala eksekutif AS paket lain yang akan digunakan untuk pencapaian tanpa menerima pengembalian," katanya dikutip Daily Star.

"Tidak ada yang lebih munafik daripada janji kosong."

Ri mengatakan keinginan Korea Utara untuk membuka era kerja sama baru berjalan sangat dalam, tetapi situasi di semenanjung Korea setiap hari berubah menjadi lebih buruk.

"AS mengaku sebagai advokat untuk meningkatkan hubungan dengan DPRK, tetapi pada kenyataannya, sangat ingin hanya memperburuk situasi," kata Ri.

Untuk itu Ri menegaskan, Korea Utara akan terus membangun pasukan militernya untuk mengatasi ancaman dari Amerika Serikat.

Korut ancam AS
Korea Utara mengatakan pada hari Kamis bahwa Amerika Serikat tidak memiliki pendirian untuk mengomentari masalah antar-Korea.

Menurut Pyongnya, Washington seharusnya tetap diam jika ingin pemilihan presiden Amerika Serikat mendatang berjalan lancar, menurut media pemerintah.

Pernyataan itu muncul setelah Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya kecewa di Korea Utara karena menangguhkan hotline komunikasi dengan Korea Selatan pada Selasa.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Sofitel Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Sofitel Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019). (AFP/SAUL LOEB)
Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved