Cerita ABK Sampai di Yogyakarta dengan Berbagai Cara, Tujuannya Pulang ke Bandung

Agus sudah satu bulan penuh terkatung-katung di pelabuhan Tanjung Perak, Kota Surabaya. Kapal yang biasa membawanya melaut terjebak lockdown di Suraba

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM / Miftahul Huda
Kondisi Agus Siregar ABK Asal Bandung Barat yang numpang kendaraan dari Surabaya-Jogja menuju kampung halaman, Minggu (17/5/2020). 

"Supir truk itu rata-rata pada takut kalau terkena sanksi. Karena saya tidak punya surat keterangan sehat, kalau ikut menumpang bisa masalah nanti," ungkapnya.

Sesekali, ia membuka masker yang mulai bercampur debu. Kusam, kotor dan penuh minyak. Mungkin karena terkena keringat selama perjalanan.

Namun, masker itu pun menjadi satu-satunya barang berharga yang menjamin kesehatan selama 72 jam perjalanan dari Surabaya sampai ke Yogyakarta kemarin.

"Uang sudah menipis. Lebih baik saya pakai untuk naik bus kalau sudah sampai di Cilacap atau masuk ke Tasik, tidak apa-apa di sini saya numpang kendaraan yang lewat," urainya.

Bapak dua anak ini kadang terdiam, lalu kembali bercerita mengenai pengalamannya selama hidup di tengah laut.

Sebagai ABK, hukum alam menjadi pegangan yang harus ia ingat-ingat. Pernah dia mengalami dua hari harus tetap berenang di perairan Jepara, lantaran kapal yang ia tunggangi bermasal.

"Waktu itu, kapal kami bocor dan hampir tenggelam. Kami turun ke laut untuk membetulkan. Sementara bantuan baru datang selang dua hari. Seluruh ABK harus turun dan kami bertahan ditengah laut, itu terjadi sekitar tahun 2017," kenangnya.

Kulitnya yang mulai keriput serta kondisi tubuh yang mulai ringkih tak menjadi persoalan baginya untuk sampai ke kampung halaman.

Ia menyadari, di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, semua lapisan masyarakat sama-sama mengalami kesusahan.

Jika harus disuruh mengingat, sepanjang perjalanan dalam ingatannya hanya sang isteri dan anak-anak di rumah.

Satu tas ransel berukuran sedang ia tenteng, rambutnya yang mulai rontok, gigi depannya yang mulai ompong menandakan tenaganya sudah tak sekuat 40 tahun silam.

"Ini sudah pekerjaan saya sejak muda. Kapal saya mengangkut kayu dari Kalimantan ke Surabaya," terang dia.

Sepanjang ruas jalan Jombang menuju Sragen, ia habiskan dengan keyakinan. Barangkali pria berdasar Batak-Bandung ini juga kenyang dengan keyakinan.

Karena modalnya untuk menempuh perjalanan Surabaya-Yogyakarta hanya seonggok keyakinan dan tekad untuk sampai ke rumah.

Selama perjalanan pun, Agus hanya mengandalkan pemberian orang yang kebetulan melintas dan membagi-bagikan makanan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved