Update Corona di DI Yogyakarta
Sepi Pengunjung, Pengusaha Seafood Pantai Depok Alih Profesi Jadi Nelayan
Dampak virus corona benar-benar dirasakan oleh para pengusaha rumah makan seafood di Pantai Depok, Kabupaten Bantul.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Dampak virus corona benar-benar dirasakan oleh para pengusaha rumah makan seafood di Pantai Depok, Kabupaten Bantul.
Bagaimana tidak, mereka kini terpaksa alih profesi jadi nelayan, karena tak lagi mendapat pemasukan selama pandemi.
Bukan tanpa sebab, sejak Covid-19 mewabah di Bumi Projotamansari, angka pengunjung di deretan pantai selatan langsung menurun drastis, sehingga sangat mempengaruhi kondisi perekonomian warga yang sehari-hari bergantung dari sektor pariwisata.
Seorang pemilik rumah makan seafood di Pantai Depok, Dardi Nugroho, bersama rekan-rekan sesama pengusaha, akhirnya memilih banting stir sementara waktu menjadi nelayan.
• Marak Kasus Pencurian di Bantul, Masyarakat Diminta Tingkatkan Kewaspadaan di Masa Pandemi Covid-19
Terlebih, profesi tersebut, bukanlah matapencaharian baru bagi mereka.
"Ya, sebagian besar pemilik rumah makan seafood di sini cikal bakalnya dari nelayan. Tetapi, karena Pantai Depok bertambah ramai, kami kemudian mendirikan usaha rumah makan seafood, sehingga tidak lagi melaut," katanya, Senin (11/5/2020).
Dardi pun menjelaskan, saat kondisi normal, biasanya perahu dijalankan oleh tekong, serta anak buah kapal (ABK).
Tetapi, karena wabah Covid-19 dan sama sekali tak lagi memperolah pemasukan dari rumah makan, dirinya memutuskan kembali melaut.
• COVID-19 di Yogya : Jumlah yang Sembuh Nyaris 9 Kali Lipat Lebih Banyak dari yang Meninggal
Hal tersebut menjadi ironisme tersendiri, lantaran ia sejatinya telah menjual perahu miliknya untuk dijadikan modal rumah makan seafood, beberapa tahun silam.
Oleh sebab itu, Dardi kini harus bergabung menjadi ABK di sebuah perahu milik seorang juragan.
"Untuk pembagian hasil, antara tekong dan ABK sama saja dengan perincian total penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya operasional. Kemudian sisanya dibagi 50 persen untuk juragan dan 50 persennya dibagi ke tekong dan ABKnya," jelasnya.
Dirinya mengaku sempat merasakan manisnya alih profesi ini, karena hasil tangkapan ikan yang cukup apik.
Benar saja, beberapa pekan silam, harga bawal laut kualitas super, per kilogram mencapai Rp 200 ribu, kemudian Rp 100 ribu untuk kualitas rendah.
• Kisah ABK Kapal Pesiar Asal Bantul Menunggu 18 Hari untuk Menepi, Berputar-putar di Lautan
"Ikan hasil tangkapan tidak dijual ke pasar di Pantai Depok ya, karena di sana juga sepi pengunjung. Tapi, ada pedagang sendiri yang membeli bawal hasil tangkapan nelayan," terangnya.
Namun, gelombang pasang yang menerjang pantai selatan Bantul dalam beberapa hari terakhir, membuat ratusan nelayan gagal melaut dan memanfaatkan waktu luang untuk memperbaiki jaring.
Alhasil, kondisi ini semakin memperparah lubang perekonomian warga.
"Gelombang pasang terjangannya sampai jarak 50 meter dari bibir pantai. Kalau keadaannya seperti ini, ya tidak ada nelayan yang berani turun melaut jika tidak ingin celaka," pungkas Dardi. (TRIBUNJOGJA.COM)