Ramadhan 2020

Ceramah Secara Daring Menjadi Pilihan Ustaz di Wonosari untuk Berdakwah

Adanya pandemi Virus Corona membuat beberapa penceramah memilih untuk menyiarkan dakwahnya secara daring menggunakan media sosial.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Ustaz Widodo, di Wonosari, Gunungkidul, memilih berdakwah secara daring untuk memutus rantai penyebaran covid-19. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelaksanaan kultum atau ceramah menjadi rangkaian kegiatan yang selalu hadir saat bulan Ramadan.

Biasanya kegiatan tersebut dilakukan oleh seorang ahli agama di depan para jemaah secara langsung dan tatap muka.

Namun, berbeda dengan tahun ini.

Adanya pandemi Virus Corona membuat beberapa penceramah memilih untuk menyiarkan dakwahnya secara daring menggunakan media sosial.

Kegiatan Ceramah Tetap Berjalan di Tengah Pandemi Covid-19

Satu diantaranya ialah Ustaz Widodo, di Wonosari,Gunungkidul, Yogyakarta.

Ia harus berdakwah menggunakan aplikasi  media sosial agar dapat terus memberikan ilmu ke jemaahnya.

"Untuk sekarang jalannya dakwah dilakukan melalui Whatsapp grup di kampung. Jadi, warga kampung punya grup sendiri di dalamnya ada beberapa ustaz, yang setiap harinya memberikan ceramah atau materi terkait keagamaan maupun ramadan dalam bentuk tertulis (pesan singkat) secara bergantian," jelasnya 
kepada TRIBUNJOGJA.COM melalui telepon, pada Rabu (06/05/2020).

Menurut Ustaz Widodo, adanya pandemi bukan berarti berdakwah juga harus berhenti.

Dengan adanya cobaan ini, kita diuji seberapa besar kecintaan kita kepada Allah SWT.

Dalam sehari bisa tiga atau empat materi disebar oleh para ustaz melalui aplikasi tersebut.

Sehingga, warga tetap bisa belajar dan mendapatkan ilmu walaupun tak berjumpa secara langsung.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 6 Mei 2020, Kasus Positif Bertambah 1 

Adanya perubahan cara berdakwah secara daring, baru pertama kali dirasakan Ustaz Widodo. 

Selama ini, dalam penyampaian materi saat berceramah dilakukan dengan langsung berhadapan dengan warga.

"Ya, pertama kali memakai aplikasi seperti ini untuk berdakwah. Biasanya kan langsung bertemu di masjid kampung. Tatap muka, kalau ada yang kurang paham bisa langsung bertanya," ujarnya.

Sementara itu, Ustaz Widodo mengatakan, ada beberapa kendala saat memberikan dakwah kepada warga secara daring.

"Kesulitannya mungkin dalam bahasa ya. Saya biasanya menyampaikan ceramah sambil guyon dengan warga. Tetapi saya paham sampai mana batasannya. Berbeda dengan tulisan, penggunaan bahasanya pun harus sesuai dan tepat. Salah sedikit, jemaah bisa salah mengartikan," terang dia.

Selain itu, dalam memberikan materi dakwah secara daring ia pun harus menggunakan bahasa Jawa karena warganya lebih paham.

Giatkan Kajian Online di tengah Pandemi Covid-19 Saat Ramadan

"Pemilihan bahasa ketika lisan dan tulisan itu berbeda. Apalagi berbahasa Jawa, saya harus benar-benar teliti agar tidak ada bahasa yang menimbulkan kekeliruan di warga," ujarnya.

Ustaz Widodo pun menambahkan, dirinya sudah tidak menerima undangan ceramah secara langsung sejak awal Februari 2020.

Semua dilakukannya untuk mematuhi anjuran dari Pemerintah.

"Untuk sekarang ini, marilah kita semua mentaati peraturan pemerintah. Supaya pemutusan mata rantai covid-19 bisa cepat dan berakhir," paparnya.

Ustaz Widodo pun berpesan, dengan adanya wabah seperti ini (Corona) bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan beribadah namun seharusnya menjadi pemacu untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. (TRIBUNJOGJA.COM).

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved