Wabah Corona
Pakar Epidemiologi UGM: Implementasi PSBB Tidak Efektif, Fokus pada Efektivitas Implementasi
Koordinator Tim Respons Covid-19 UGM, dr Riris Andono Ahmad mengungkapkan perlu ada kontak tracing yang agresif untuk memotong rantai penularan di DIY
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kasus positif Covid-19 pada Sabtu (2/5/2020) kembali melonjak menjadi 114 orang.
Sebelumnya, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, mengumumkan bahwa telah ditemukan tiga klaster besar persebaran Covid-19 di DIY.
Hal itu disampaikan dalam jumpa pers yang dilakukan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Jumat (1/5/2020).
Dari hasil penyelidikan, diketahui ketiga klaster tersebut masing-masing terkait dengan kegiatan keagamaan.
Jumlah kasus terkonfirmasi dari ketiga klaster mencapai proporsi 20 persen dari seluruh kasus di DIY.
Menanggapi hal ini, Koordinator Tim Respons Covid-19 UGM, dr Riris Andono Ahmad mengungkapkan perlu ada kontak tracing yang agresif untuk memotong rantai penularan di DIY.
• BREAKING NEWS : UPDATE Covid-19 di DIY per 2 Mei : 4 Sembuh, 10 Kasus Positif Baru
Andono juga menanggapi terkait pernyataan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, yang beberapa waktu lalu mengungkapkan tiga daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru Covid-19, satu di antaranya Semarang. Selain dua kota lainnya, Surabaya dan Makassar.
"Tidak ada yang perlu dilakukan terkait Semarang. Dengan atau tanpa Semarang (berpotensi menjadi episentrum baru corona), DIY harus melakukan pengendalian secara efektif. Di antaranya peningkatan kapasitas diagnosis, karantina dan isolasi, serta kapasitas rumah sakit," ujarnya saat dihubungi Tribun Jogja, Sabtu (2/5/2020).
Andono menjelaskan dasar penentuan suatu daerah menjadi episentrum baru Covid-19 ialah tingkat transmisi penularan.
Namun, dirinya tidak mengetahui secara pasti pertimbangan kategori tersebut.
"Tetapi saya tidak tahu secara detail apa kategori pemerintah menetapkan sebagai sebuah epicenter," tutur ahli epidemiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini.
• Update Corona di Bantul: 30 Positif, 14 Dirawat, 11 Sembuh dan 2 Meninggal Dunia
Ditanya apakah DIY sudah perlu memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Andono menjawab hal itu belum tentu efektif.
Ia menitikberatkan pentingnya melakukan fokus pada implementasi pencegahan.
"Yang diperlukan DIY adalah peningkatan kapasitas diagnosis dan memisahkan antara yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Dengan memperbaiki implementasi social distancing akan lebih baik dibandingkan melakukan PSBB yang implementasinya tidak efektif juga. Jadi fokusnya adalah pada efektivitas implementasinya, bukan jenis intervensinya," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)