Update Corona di DI Yogyakarta
Muhammadiyah Luncurkan Layanan Psikologi Sikuvid dan Sikevid
Melalui MCCC, Muhammadiyah bergerak aktif dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang saat ini sedang melanda Indonesia.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) meluncurkan Senarai Perilaku Masa Pandemi Covid-19 (Sikuvid) dan Senarai Kecemasan Diri Masa Pandemi Covid-19 (Sikevid) sebagai alat untuk mengukur kondisi kesehatan fisik dan psikis masyarakat, Sabtu (25/4/2020).
Melalui MCCC, Muhammadiyah bergerak aktif dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang saat ini sedang melanda Indonesia.
Satu di antara pelayanan yang dilakukan MCCC adalah Layanan Dukungan Psikososial (LDP) secara daring dengan melibatkan 60 Psikolog dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia dan jangkauan layanan dari Aceh sampai Papua.
Model layanan yang dilakukan berupa konseling secara daring setiap Senin-Minggu dengan teknis seorang psikolog menangani seorang klien dalam durasi waktu 30 menit.
• Ramadan 1441 H, PP Muhammadiyah Kembali Ingatkan Umat Muslim Tak Gelar Salat Tarawih di Masjid
Layanan ini dapat dilakukan hingga tiga kali konsultasi atau sesuai kebutuhan dan bersifat gratis.
Hingga saat ini sudah ada 68 orang yang melakukan konsultasi ke LDP, dengan rincian 63 WNI dan 8 WNA.
Mayoritas permasalahan yang dikonsultasikan terkait Covid-19 dan berdampak pada kondisi kejiwaan sehingga menyebabkan depresi bahkan ada yang ingin bunuh diri.
Menindaklanjuti hasil dari LDP tersebut maka kemudian diluncurkan Sikuvid dan Sikevid yang merupakan alat untuk mengukur kesehatan fisik dan pikis masyarakat.
Alat ini berupa cheklist/senarai yang dapat digunakan oleh relawan secara fleksibel dan mandiri dengan tetap menghormati etika profesi yang berlaku serta tidak harus diberikan oleh psikolog.
Alat ini dibuat karena program preventif promotif dan kuratif yang muncul di lapangan untuk mengukur seberapa besar risiko masyarakat terpapar virus serta kondisi psikologis masyarakat.
Psikolog LDP MCCC Ratna Setiyani S, M.Psi., Psikolog mengungkapkan alat ini juga dapat digunakan para relawan untuk memudahkan mereka memetakan kondisi masyarakat terkait risiko terpapar virus dan risiko kecemasan.
• Solidaritas Pangan Jogja Bagikan Nasi Bungkus Gratis di Tengah Wabah Virus Corona
“Jika ditemukan indikasi risiko dan kecemasan tinggi maka kita akan bisa lakukan sisi kuratif dengan memberikan konseling bagi yang cemas tinggi serta segera merujuk kepada Puskesmas/RS terdekat bagi yang risiko tinggi terpapar virus," ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Hal tersebut sekaligus menjadi inisiasi untuk melakukan preventif dan promotif di titik-titik mana yang dibutuhkan sehingga akan dapat terpantau segera.
“Jika kami membuat skala uji coba sendiri kami butuh waktu lebih lama, sehingga tentu tidak akan sesuai dengan tujuan semula karena masyarakat sudah menunggu adanya sebuah alat yang dapat dipakai oleh para relawan,” paparnya.
Uji validitas dari Sikevid, menggunakan panduan PPDGJ dengan merujuk referensi Scully tentang tanda-tanda kecemasan.
Sedangkan untuk item pertanyaan tetap mempertimbangkan favorabel dan unfavorable.
"Semuanya dibuat dengan prosedur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan," kata dia. (TRIBUNJOGJA.COM)