Suhu Udara di WIlayah DIY Cukup Terik, Ini Penjelasan BMKG
BMKG menyebut kondisi ini terjadi karena langit di wilayah DIY cenderung cerah dan kurangnya awan di angkasa.
Penulis: Andreas Desca | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Andreas Desca Budi Gunawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah daerah di wilayah DIY merasakan suhu udara yang cukup panas.
Hawa yang panas ini dirasakan terutama pada saat siang hari.
Fenomena ini, menurut Kepala BMKG Staklim Mlati, Reni Kraningtyas, disebabkan oleh suhu udara yang tinggi dengan disertai oleh kelembapan udara yang rendah.
Kondisi ini terjadi karena langit di wilayah DIY cenderung cerah dan kurangnya awan di angkasa.
Sehingga pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan bumi.
"Berkurangnya tutupan awan terutama, di wilayah DIY pada bulan-bulan ini disebabkan wilayah ini tengah berada pada masa transisi atau masa pancaroba, yaitu peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau," jelasnya, Kamis (23/4/2020).
• Peran Masyarakat Lawan Covid-19, Pakar UGM: Setiap Masyarakat Memiliki Multiposisi
• Peringatan Dini BMKG, Ini Daftar Daerah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang 2 Hari Kedepan
Dikatakan olehnya, transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia), terutama di wilayah bagian selatan Indonesia.
"Angin monsun Australia ini bersifat kering, kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan," paparnya.
Dilanjutkan olehnya, wilayah DIY akan memasuki musim Kemarau pada bulan Mei 2020.
"Yang paling awal masuk musim kemarau adalah wilayah Gunungkidul pada akhir April ini," tuturnya.
Di sisi lain, perubahan suhu saat ini juga dipengaruhi pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju Belahan Bumi Utara.
"Kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembapan udara, maka inilah yang menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat," tambahnya.

Selain itu, Pejabat BMKG Pusat, Herizal selaku Deputi Bidang Klimatologi juga menyampaikan bahwa hal ini sesuai dengan prediksi BMKG sebelumnya.
"Bulan Maret hingga April menunjukkan suhu yang terus menghangat, hampir di sebagian besar tempat di Indonesia," katanya.