BREAKINGNEWS: Gunung Merapi Meletus Jumat Pagi, Tinggi Kolom Erupsi 3.000 Meter dari Puncak

Gunung Merapi meletus pada Jumat 10 April 2020 pukul 09.10 WIB. Dilaporkan BPPTKG, Erupsi tercatat di seismogram dgn amplitudo 75 mm dan durasi 103 de

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
BPPTKG
Terjadi erupsi di Gunung #Merapi tanggal 10 April 2020 pukul 09.10 WIB. Erupsi tercatat di seismogram dgn amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik 

Ia mengurutkan kronologi ketika 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan pandemi Covid-19 masuk Indonesia.

Kemudian 3 Maret 2020 terjadi erupsi Merapi setelah relatif mereda di akhir 2019. Pandemi Covid-19 berkembang cepat dan meluas, sementara Merapi meletus lagi pada 27 Maret 2020 dan beberapa hari sesudahnya.

EMPAT FASE

Dijelaskan mantan kepala Balai Penyelidikan Pengembangan dan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, aktivitas Merapi terbagi empat fase.

Yaitu fase relaksasi, fase pengisian dapur magma, fase migrasi, dan fase erupsi magmatis. Fase relaksasi merupakan fase akhir proses erupsi 2010 (post erution proccess) yang berlangsung hingga 2011.

“Aktivitas vulkanik yang menonjol adalah hembusan gas vulkanik, kemudian muncul kubah lava baru yang menandai akhir dari satu siklus erupsi,” jelasnya.

“Kubah lava yang muncul pada fase akhir suatu siklus erupsi akan menutup pipa kepundan Gunung Merapi, sehingga sering disebut sumbat lava,” kata Pak Ban, sapaan akrabnya.

Fase pengisian dapur magma, menurut Subandriyo, muncul setelah terjadi letusan besar. Dapur magma terisi kembali (magma witdrawal). Proses pengisian dapur magma ini berlangsung antara tahun 2012-2014 yang ditandai oleh beberapa kali letusan freatik.

Letusan freatik terjadi akibat unsur volatil (gas vulkanik) yang panas bergerak ke permukaan berinteraksi dengan air tanah sehingga terbentuk tekanan uap secara mendadak.

Oleh karena pipa kepundan tersumbat kubah lava, maka terjadi akumulasi tekanan yang memicu letusan. Ciri utama letusan freatik adalah material yang dilontarkan tidak ada juvenil (material dari magma baru).

Fase migrasi magma, menurut peneliti yang bertahun-tahun “merawat Merapi ini, magma bergerak ke permukaan karena gaya apung, yaitu magma memiliki berat jenis yang lebih rendah dari batuan sekitarnya.

Magma menurutnya dalam bahasa teknis, terdorong ke atas untuk melawan tekanan litostatik.

Karena tekanan litostatik makin kecil ke arah vertikal, sementara makin ke atas mendekati permukaan, unsur volatil akan terlepas sehingga terbentuk tekanan berlebih (excess pressure).

Migrasi magma ke permukaan kata Subandriyo, akan menimbulkan retakan batuan sehingga banyak muncul gempa-gempa vulkanik.

Disamping itu, semakin banyak volume magma yang bermigrasi menimbulkan deformasi permukaan tubuh gunung.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved