Ibunda Jokowi Meninggal
5 Fakta Tentang Sujiatmi Notomiharjo, Ibunda Presiden Jokowi yang Hari Ini Berpulang
Ibunda Presiden Joko Widodo, Sujiatmi Notomiharjo meninggal dunia di usia 77 tahun pada hari Rabu (25/3/2020) di Solo, Jawa Tengah.
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Rina Eviana
5 Fakta Tentang Sujiatmi Notomiharjo, Ibunda Presiden Jokowi yang Hari Ini Berpulang
TRIBUNJOGJA.COM - Keluarga Presiden Joko Widodo sedang diselimuti duka, sang ibundanya, Sujiatmi Notomiharjo meninggal dunia pada hari Rabu (25/3/2020) di Solo.
Kabar duka tersebut dikonfirmasi oleh staf khusus Presiden, Angkie Yudistia.
Dikutip dari Kompas.com, Angkie mengatakan, "Iya betul, saya juga mendapatkan info tersebut dari sekretaris pribadi Bapak (Jokowi)."
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi pernah menyampaikan bahwa dia mendapat banyak pelajaran hidup dari sang ibu.

Sudjiatmi Notomiharjo juga selalu memberikan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya selama membesarkan mereka.
Untuk mengenang kepergiannya, berikut Tribunjogja.com rangkumkan lima fakta tentang masa kecil hingga nilai yang selalu diberikannya pada Presiden Jokowi, dilansir dari laman Sahabat Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia:
1. Lahir dari keluarga pengusaha kayu
Sudjiatmi Notomiharjo lahir 15 Februari 1943, dia adalah anak perempuan satu-satunya di keluarganya dan memiliki tiga saudara laki-laki, dari pasangan Wirorejo dan Sani.
Keluarganya memiliki usaha kayu di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Hingga dia menikah, dia tetap membantu suaminya, Widjiatno berdagang kayu.
“Saya hanya membantu suami. Suami mencari glondong (kayu), saya di perusahaan. Kakak saya, usaha kayunya jauh lebih besar. Bagi saya yang penting cukup untuk sekolah anak-anak, tidak harus kaya raya,” ungkapnya.
• Presiden Jokowi Sempat Menelepon Keluarga di Solo Sebelum Ibundanya Meninggal Dunia
2. Satu-satunya siswa perempuan di sekolah saat SD
Kedua orangtuanya tak pernah membeda-bedakan soal pendidikan. Saat kakak laki-lakinya sekolah dia juga bersekolah.
Dia bersekolah di SD Kismoyo bersama kakaknya. Jarak antara sekolah dan rumahnya sekira lima kilometer.
Di sekolah, dia adalah siswa perempuan satu-satunya. Ketika pergi ke sekolah, Sujiatmi kadang berjalan kaki atau naik sepeda.
Dari masa sekolah, yang pasti diingat olehnya adalah ketika dia bersekolah dengan rambut kepang karya sang ibu.
Semasa sekolah, Sudjiatmi Notomiharjo sangat suka berhitung. Ketika sudah menikah, kemampuannya berhitung sangat membantu untuk usaha suaminya.
• BREAKING NEWS : Ibu Presiden Jokowi, Sudjiatmi Meninggal Dunia
3. Menikah di usia 16 tahun

Sujiatmi Notomiharjo menikah di usia belia, yaitu 16 tahun. Suaminya, Widjiatno merupakan teman sepermainan kakak Sujiatmi, Mulyono, yang usianya tiga tahun lebih tua darinya.
Asal nama Notomiharjo adalah ketika dewasa, suaminya, Widjiatno melakukan pergantian nama menjadi Notomiharjo.
Sujiatmi menggambarkan sosok suaminya sebagai seorang pemuda yang berparas halus dan gagah. “Pak Noto itu ganteng sekali,” katanya.
Mereka menikah pada 23 Agustus 1959, ketika Sujiatmi berusia 16 tahun dan Notomiharjo, 19 tahun. Keduanya sama-sama belum lulus sekolah kala itu.
Namun, pada waktu itu, menikah di usia mereka sudah umum terjadi.
4. Resep mendidik anak
Sudjiatmi Notomiharjo memiliki empat anak. Joko Widodo adalah satu-satunya putra sekaligus anak sulung, kemudian ada Iit Sriyantini, Idayati, dan Titik Ritawati.
Dia memiliki prinsip hidup yang dia bagikan pada anak-anaknya.
”Yang penting, mendidik anak itu harus jujur di segala bidang. Ojo milik punya orang lain yang bukan hakmu. Dari kecil, anak-anak saya didik yang bukan hakmu jangan kamu ambil. Jangan seneng punya orang lain,” pesannya.
5. Amanah, pesan Sujiatmi untuk Joko Widodo
Sudjiatmi Notomiharjo mengaku tak pernah membayangkan putranya bisa menduduki jabatan nomor satu di negara ini.
Dia hanya berpesan putranya agar selalu amanah dan bersyukur.
”Saya cuma mengingatkan saja. Kamu bukan hanya milik keluarga, sekarang sudah punya bangsa Indonesia,” ungkap Sujiatmi.
Dia menambahkan, ”Sepuluh tahun kok naik pangkat tiga kali. Kamu harus bersyukur jangan menggak-menggok (belak belok), lurus saja. Jangan aneh-aneh diberi amanah sama rakyat, sama Allah. Dijalankan dengan baik.”
( Tribunjogja.com | Fatimah Artayu Fitrazana)