Pentingnya Peningkatan Kompetensi Guru Kekhususan ABK Tuna Netra

Pembelajaran kekhususan OMSK sangatlah penting bagi anak berkebutuhan khusus tuna netra.

Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Sri Andarini Ekaprapti, M.Pd, SLB A Yaketunis 

TRIBUNJOGJA.COM - Sensasi dan luar biasa yang saya rasakan...seumur-umur baru kali ini, saya berjalan dalam kegelapan yang lumayan lama!...saat  berjalan hati saya was – was/ takut  masuk got!, takut menabrak sesuatu! ... saya sangat terharu dan bahkan menangis saat berjalan tadi!...terbayang, bagaimana seorang tuna netra setiap harinya bisa beraktifitas dalam kegelapan?

Itulah sekelumit beberapa ungkapan perasaan dari bapak dan ibu guru, selesai melaksanakan praktek mandiri OMSK mengelilingi lingkungan sekitar sekolah SLB A Yaketunis.

Selama 3 hari dari tanggal 11-13 Maret 2020 bapak dan ibu guru dari berbagai sekolah SLB di seluruh DIY mengikuti  kegiatan diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kekhususan Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Netra “Orientasi Mobilitas Sosial Komunikasi (OMSK)".

Kegiatan sendiri diselenggarakan oleh SLB A Yaketunis bekerjasama dengan KKG SLB Kota Gugus III, dengan narasumber Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Dikpora DIY (Drs Bakhtiar Nurhidayat), Pengawas Pendidikan Khusus Dinas Dikpora DIY ( Sardiyana, S.Pd, M.A dan DR. Wiji Suparno, M.Phil) dan Irfangi, S.Pd (SLB A Yaketunis).

Semua peserta sangat antusias.

Di samping penyampaian materinya menarik (presentasi, praktek mandiri, observasi pembelajaran OMSK), OMSK merupakan hal yang baru bagi mereka.  

Beberapa dari mereka berasal dari disiplin ilmu yang berbeda- beda, yang kesehariannya berkecimpung dalam pedidikan luar biasa.

Agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak – anak berkebutuhan khusus tunanetra sesuai dengan kaidah serta teknik – teknik yang tepat maka mereka harus meningkatkan kompetensi kekhususan OMSK.

Pembelajaran kekhususan OMSK sangatlah penting bagi anak berkebutuhan khusus tuna netra.

Hal tersebut merupakan bekal utama/ dasar agar mereka dapat mandiri mengenal lingkungan sekitar dan beraktivitas seperti pada umumnya, sehingga mereka dapat hidup di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat secara mandiri tanpa selalu bergantung kepada orang lain.

Makna dari Orientasi dan Mobilitas menurut Sari Rudiyati (2011: 3) adalah kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan semua indera yang masih ada/ berfungsi untuk menentukan posisi seseorang terhadap benda – benda penting yang ada di sekitarnya, baik secara temporal maupun spasial.

Sebelum pelaksanaan orientasi mobilitas, tentunya anak berkebutuhan khusus tunanetra harus memahami terlebih dahulu tentang petunjuk - petunjuk istilah, agar mereka tidak kebingungan dalam mengikuti perintah apabila  mereka berjalan tanpa pendamping awas.

Sari Rudiyati (2011: 10)  menyatakan bahwa beberapa istilah yang harus dipahami oleh anak tuna netra maupun instruktur atau pendamping awas adalah sebagai berikut:

1) Orientasi “orientation” penggunaan indera yang masih berfungsi untuk dapat menentukan posisi objek – objek penting di lingkungannya,

2) mobilitas “ mobility”  kemampuan untuk bergerak dari posisi satu ke posisi selanjutnya,

3) menyusur atau trailing (gerakan dengan menggunakan punggung jari untuk menyentuh dengan ringan permukaan datar, contohnya: dinding, meja, almari),

4) mengambil arah atau direction taking, menentukan suatu arah dari suatu objek atau suara yang memungkinkan berjalan menurut garis lurus menuju tujuan,

5) petunjuk arah atau direction takers,

6) pinggiran shore-line (batas atau tepi kaki jalan/ rumput),

7) ciri medan atau landmark, objek, suara, bau, suhu atau rabaan yang dipakai sebagai petunjuk

8) lintasan perjalanan atau route yang direncanakan, menuju suatu tujuan tertentu

9) lokalisasi suara “sound localization” menentukan arah yang tepat dari suatu sumber suara,

10) penertiban “squaring off” tindakan menyesuaikan dan mengatur posisi tubuh dalam hubungan dengan objek denan tujuan memperoleh arah/ menentukan posisi yang tepat,

11) teknik mengikuti atau following technique, teknik orang buta dalam mengikuti perjalanan orang dewasa dengan cara memegang sikunya,

12) petunjuk clue rangsangan suara, bau, suhu, rabaan,

13) petunjuk yang dominan/ menonjol “dominan clue”,

14) petunjuk informasi “information point” objek yang dikenal,

15) busur arc, pola gerakan ujung tongkat di waktu menggunakan teknik sentuhan,

16) meretas, clearing proses menetapkan keamanan suatu tempat dengan menggeser ujung tongkat di atas tanah/ tempat

17) isyarat clue, bunyi , bau, suhu, rangsangan taktual /visual yang mengenai indria dan menimbulkan tanggapan spontan/ otomatis

18) “linning off” posisi mensejajarakan tubuh dengan suatu objek,

19) pola menjelajah/ mencari “search pattern” suatu cara yang sistematis di dalam menetapkan posisi atau menentukan lokasi suatu objek atau ciri medan

Apabila petunjuk - petunjuk  tersebut telah dikuasai anak berkebutuhan khusus  tuna netra, maka mereka tidak akan kesulitan lagi untuk dapat melakukan aktifitas di lingkungan sekitar.

Mereka akan bergerak dengan penuh percaya diri dan berjalan dengan leluasa seperti anak awas pada umumnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

*)Oleh: Sri Andarini Ekaprapti, M.Pd, SLB A Yaketunis

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved