Pesona Pura Tirta Empul, Mata Air Suci Untuk Melukat
Destinasi wisata di Pulau Dewata yang tak boleh dilewatkan selain desa adat Penglipuran adalah Pura Tirta Empul.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Destinasi wisata di Pulau Dewata yang tak boleh dilewatkan selain desa adat Penglipuran adalah Pura Tirta Empul.
Lokasinya berada di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Pura ini dikenal dengan air sucinya di mana masyarakat Hindu Bali menjadikan pura ini sebagai salah satu tempat untuk menyucikan diri.
Untuk sampai ke objek wisata ini dari Bandara Internasional Ngurah Rai, bisa ditempuh menggunakan mobil dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam menempuh jarak 55 Kilometer. Lagi lagi redaksi Wigo mengandalkan peta digital untuk sampai ke Pura Tirta Empul.
Selama perjalanan menuju ke objek wisata ini kita akan disuguhi pemandangan khas kehidupan Pulau Bali. Beberapa pura yang letaknya di pinggir jalan menjadi pemandangan lazim. Tak sulit menemukan lokasi Pura Tirta Empul.
Sesampainya di area Pura Tirta Empul, pengelola akan mengarahkan pengunjung menuju pintu masuk utama dengan terlebih dahulu membeli tiket masuk untuk dewasa Rp 30 ribu dan anak anak Rp 25 ribu, berlaku tarif berbeda untuk wisawatan mancanegara.
• The Journey of Happiness Ala Perupa Ekwan
Sebelum memasuki sumber mata air di area Pura Tirta Empul, pengunjung diwajibkan mengenakan selembar kain yang dipakai seperti sarung. Setelah itu disediakan loker untuk menyimpan barang bawaan yang perlu disimpan saat pengunjung menghendaki mandi atau berendam di sumber mata air Pura Tirta Empul.
Saat itu jam menunjukkan pukul 09.30 WITA, pengunjung belum terlalu ramai sehingga antrean untuk bisa merasakan air di sumber mata air Pura Tirta Empul masih agak longgar. Redaksi Wigo pun merasakan langsung segarnya air di sumber mata air di Pura Tirta Empul ini.
Sesuai etika yang telah turun temurun diterapkan, pengunjung dianjurkan memulai melakukan aktivitas mandi atau berendam sesaat dengan tujuan menyucikan diri dari pancuran paling ujung sebelah kiri, dari total 14 pancuran yang ada.
Salah satu pengunjung asal Wonosobo, Ando Kasmawan menuturkan, ia kali kedua berkunjung ke Pura Tirta Empul dan selalu menyempatkan diri untuk berdoa di pancuran sumber mata air ini.
Meski berbeda keyakinan dengan mayoritas masyarakat Bali yang memeluk agama Hindu, Ando percaya, air di sini adalah air penuh berkah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kelebihan tersendiri.
"Kita berdoa saja apa yang kita lagi pengin. Kalau dikabulkan ya karena Tuhan kalau belum ya harus berusaha," kata Ando yang datang bersama keluarga besarnya.
• 16 Tempat Wisata Jogja saat Musim Hujan, Ada Lokasi Indoor Tak Perlu Kawatir Kehujanan
Sementara itu, pengunjung lainnya, I Wayan asal kota Denpasar yang datang bersama keluarganya sengaja berkunjung ke Pura Tirta Empul untuk melukat. Melukat adalah istilah untuk menyebut aktivitas penyucian diri.
Hampir setiap tahun sekali I Wayan selalu melukat ke sumber mata air Pura Tirta Empul.
"Kita cari hari terbaik untuk melukat. Tujuannya membersihkan diri baik jiwa dan raga kita supaya kembali bersih dan lepas dari hal hal negatif yang selama ini melekat di tubuh kita," terang I Wayan.
Seusai merasakan segarnya air di mata air Pura Tirta Empul, redaksi Wigo kemudian menyempatkan mengambil beberapa foto di spot-spot yang menarik di area Pura Tirta Empul.
Salah satunya adalah di sebuah pohon perindang besar yang berada tepat di luar area sumber mata air Pura Tirta Empul. Selain itu, spot yang instagramable adalah di depan pintu masuk Pura.
Sejarah Pura Tirta Empul
Menyimak sejarah Pura Tirta Empul didirikan,memang tak lepas dari budaya masyarakat Bali yang sebagian besar memeluk Hindu.
Pura Tirta Empul dibangun di sekililing sebuah sumber mata air yang besar pada sekitar tahun 962 M yakni dari abad ke 10 hingga ke 14, selama wangsa Warmadewa oleh Raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa.
Nama Pura sendiri diambil dari nama sumber mata air yang dinamakan Tirta Empul yang airnya berasal dari sungai Pakerisan. Pura dibagi menjadi 3 bagian yakni Jaba Pura halaman depan, Jaba Tengah, pura halaman tengah dan Jeroan, pura halaman dalam.
Menurut sejarahnya, Pura ini dipersembahkan untuk Dewa Wisnu, yakni salah satu nama dewa Hindu.
Pemandian Tirta Empul sendiri dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa.
Informasi tersebut didapat melalui sebuah piagam batu yang ditemukan di desa Manukaya. Di piagam batu tersebut memuat tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar bulan Oktober tahun 962 Masehi.
• Solois Asal Yogyakarta Fajar Restu Rilis Single Perdana Seperti Kamu
Sementara itu, pada Prasasti Sading disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di Bali mulai tahun Saka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77 tahun. Bila mengacu pada dua sumber sejarah tersebut, bisa disimpulkan bahwa Pemandian Tirtal Empul dibangun lebih dulu dari pada Pura Tirta Empul.
Selain bisa menikmati keindahan dan segarnya air di sumber mata air Pura Tirta Empul, pengunjung juga bisa ke
Istana Tampaksiring.
Istana ini dibangun untuk kunjungan Presiden Soekarno ke Bali pada tahun 1954. Saat ini, istana diperuntukkan sebagai tempat istirahat bagi tamu tamu kenegaraan.
Sebelum menuju Istana ini bila menghendaki membeli cindera mata atau oleh oleh, pengelola juga menyediakan lapak lapak penjual souvernir di area pintu keluar Pura Tirta Empul. (Tribunjogja/Yudha Kristiawan)