Siswa SMP di Sleman Hanyut

UPDATE Pencarian Korban Susur Sungai: Tim SAR Sisir Aliran Sungai Sempor Sejauh 25,19 Kilometer

Tim SAR Gabungan Sabtu (22/2/2020) pagi ini kembali melanjutkan operasi pencarian korban susur sungai di Sungai Sempor

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
BPBD DIY
Tim SAR Gabungan Sabtu (22/2/2020) pagi ini kembali melanjutkan operasi pencarian korban susur sungai di Kali Sempor, Turi, Slaman 

- Proses pencarian korban susur sungai dilanjutkan kembali pada Sabtu (22/2/2020) pagi.

- Tim SAR Gabungan melaksanakan penyisiran di aliran Kali Sempor sejauh 25,19 kilometer.

- Proses penyisiran terbagi atas empat area pencarian

- Korban meninggal berjumlah 7 orang, korban luka 23 orang dan 3 siswa belum ditemukan

- Kegiatan outbond pramuka SMPN 1 Turi ini dilaksanakan di wilayah Outbound Valley Sempor Dukuh, RT.03/RW.10, Ngentak Dukuh, Donokerto, Kecamatan Turi, Jumat (21/2/2020) sore

Siswa-siswi SMPN 1 Turi Sleman yang dievakuasi ke klinik dan puskesmas terdekat, Jumat (21/2/2020)
Siswa-siswi SMPN 1 Turi Sleman yang dievakuasi ke klinik dan puskesmas terdekat, Jumat (21/2/2020) (twitter @merapi_news)

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tim SAR Gabungan Sabtu (22/2/2020) pagi ini kembali melanjutkan operasi pencarian korban susur sungai di Sungai Sempor.

Operasi pencarian terbagi atas empat tim yang bertugas melakukan penyisiran dari lokasi kejadian hingga ke Ringroad Selatan dengan total sejauh 25,19 kilometer.

Dengan rincian ;

1. Penyisiran area pertama

Titik awal di lokasi hanyutnya para siswa hingga ke tempuran Sungai Sempor dengan Sungai Bedog dengan estimasi panjang lintasan sejauh 6,71 kilometer

2. Penyisiran area kedua

Dari tempuran Sungai Sempor dan Sungai Bedog hingga perpotongan Sungai Bedog dengan Selokan Mataram dengan estimasi panjang lintasan 5,59 kilometer

3. Penyisiran area ketiga

Perpotongan Sungai Bedog dengan Selokan Mataram hingga jembatan Sungai Bedog sebelah timur Gereja Santa Maria Assumpta Gamping dengan panjang lintasan sejauh 7,91 kilometer

4. Penyisiran area keempat

jembatan Sungai Bedog sebelah timur Gereja Santa Maria Assumpta Gamping hingga ke perpotongan Saungai Bedog dengan Jalan Ringroad Selatan dengan panjang lintasan sejauh 4,98 kilometer.

Adapun berdasarkan rilis BPBD DIY hingga Sabtu (22/2/2020) pagi ini, total peserta susur sungai siswa SMPN 1 Turi berjumlah 249 orang.

Terdiri atas 124 siswa kelas 7 dan 125 kelas 8.

Dari jumlah tersebut, 216 siswa dipastikan selamat, 23 siswa mengalami luka, 7 siswa meninggal dunia dan 3 siswa lainnya belum ditemukan.

Kesaksian penyintas susur sungai

Ahmad Bakir dan Dani Wahyu W bisa melupakan pengalaman traumatis yang baru saja mereka alami. Keduanya merupakan siswa kelas 8 SMPN 1 Turi menceritakan bagaimana kronologis peristiwa tersebut.

Ahmad Bakir dan Dani Wahyu W, Siswa SMPN 1 Turi yang berhasil selamat saat susur sungai
Ahmad Bakir dan Dani Wahyu W, Siswa SMPN 1 Turi yang berhasil selamat saat susur sungai (TRIBUNJOGJA.COM | Andreas Desca Budi Gunawan)

Mereka merupakan korban yang berhasil selamat dari peristiwa tersebut.

Ahmad menyampaikan bahwa saat awal kegiatan, rombongannya berada di belakang namun saat perjalanan mereka bisa mendahului kelompok lainnya hingga di depan.

"Saat itu airnya biasa, paling tinggi sepaha. Tapi tidak terasa airnya tiba-tiba naik, cuma kerasanya Makin kencang arusnya," katanya.

Dia berserta rombongan pun segera berinisiatif untuk menepi.

"Waktu itu masih ada yang terjebak di tengah dan kita minta untuk tidak panik," katanya.

Dia pun berupaya menolong mereka menggunakan akar pohon (sulur) untuk menarik siswa yang terjebak di tengah.

Di sisi lain, Dani Wahyu W mengatakan pada saat air mulai deras, dia melihat ada beberapa siswi yang hanyut.

"Ada dua orang hanyut, Saya langsung reflek meloncat dan menolong mereka. Kondisinya sudah lemas karena terguling-guling di Aliran air," katanya.

Akibat kejadian ini, mereka juga merasakan trauma yang cukup mendalam.

Terlebih lagi, salah satu kawan sekelasnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

Siswa lainnya bernama Zidan menceritakan pengalamannya melalui ibunya, Yuni.

Dia menceritakan kronologis sore nahas tersebut.

Ketika itu para peserta susur sungai berjalan didampingi para pembina.

Ada yang berjalan di tepi, ada pula yang di tengah sungai.

Ketinggian air kala itu cukup dangkal.

Dia menceritakan, peserta berjalan sekitar 30 menit, dengan menempuh jarak lebih kurang satu kilometer.

Di tengah perjalanan itu tangan Zidan terluka karena tergores bambu.

Melihat hal itu, dia diminta oleh kakak pembina untuk naik ke tepi sungai.

Tak lama setelah itu, Zidan melihat air bergulung-gulung dari arah utara atau tepat di hadapan para peserta susur sungai.

Spontan dia berteriak jika banjir datang.

Dia melihat banyak teman-temannya tergulung banjir yang diperkirakan mencapai 1-2 meter tersebut.

“Zidan melihat ada yang keseret banjir, ada pula yang berhasil pegangan batu dan naik ke atasnya. Ya, sekitar 7 sampai 10 orang ada di atas batu besar,” ucap Yuni menirukan cerita Zidan.

Warga sekitar langsung turun memberikan bantuan. Zidan pun ikut serta memberi pertolongan kepada teman-temannya.

Dia mengambil bambu untuk menggapai rekan-rekannya yang berada di atas batu. Sedangkan untuk teman yang terseret banjir, tak banyak yang bisa dilakukan remaja kelas 7 ini.

“Tebing di sungai itu sekitar 2 meteran kurang lebihnya. Waktu itu di barisan depan banyak yang (peserta) ceweknya,” lanjut dia.

Penyintas lain, Salma Kusuma Haryani, sempat berjuang di antara tubir maut.

Saat itu dia berada di tengah barisan peserta susur sungai.

Setelah berjalan sekitar 30 menit, tiba-tiba ada banjir besar datang dari utara.

Tak banyak yang bisa diperbuat siswi kelas 7 ini karena air datang dengan cepatnya.

“Sempat mau menyelamatkan diri tapi enggak bisa,” kata Salma mengisahkan kepada reporter Tribun Jogja, semalam.

“Keseret air saya. Mau pegangan batu juga enggak bisa-bisa. Akhirnya bisa megang tangan kakak DP (dewan penggalang). Sempat minum banyak air juga.”

Begitu pula yang dirasakan Muhammad Wahid Reihan Saputra.

Salma Kusuma Haryani, siswi kelas 7 SMPN 1 Turi yang merupakan salah satu korban selamat saat kegiatan susur sungai di Kali Sempor
Salma Kusuma Haryani, siswi kelas 7 SMPN 1 Turi yang merupakan salah satu korban selamat saat kegiatan susur sungai di Kali Sempor (TRIBUNJOGJA.COM | Yudha Kristiawan)

Kondisi mengibakan dirasakan saat dia mendengar teriakan permintaan tolong dari teman-temannya.

Dia sendiri pun terseret arus banjir tersebut.

“Saya sempat lihat teman-teman yang terseret air itu,” ucap warga Sukodono, Donokerto, Turi ini lirih.

Syahdan, mereka yang bisa diangkat dari air dan dalam kondisi sadar langsung dibawa ke tempat yang lebih tinggi.

Salma dan beberapa rekan lainnya menderita luka-luka lecet di beberapa bagian tubuh. Terutama di kaki.
Namun, dia harus kehilangan sejumlah temannya.

Update jumlah korban susur sungai hingga Sabtu (22/2/2020) pagi

Sabtu (22/2/2020) pagi ini, Tim SAR Gabungan melanjutkan operasi pencarian korban hanyut saat susur sungai di Kali Sempor, Turi, Sleman pada Jumat kemarin. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved