Tepis Kekhawatiran, DPP Gunungkidul Pastikan Angka Kematian Ternak Turun

Suseno mengatakan ternak yang dilaporkan mati mendadak tersebut juga tidak menunjukkan gejala mencurigakan yang mengarah pada Antraks

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Alexander Ermando
Waginem (64), pedagang daging di Pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul dengan stok daging sapi sisanya yang belum laku terjual 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pascameningkatnya kasus kematian ternak mendadak akibat Antraks beberapa waktu lalu, kini angka kematian tersebut mengalami penurunan.

Kabid Peternakan Dinas Peternakan dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Suseno, mengatakan turunnya jumlah kematian ternak terutama terjadi pada akhir-akhir ini.

"Memang masih ada laporan kematian ternak secara mendadak oleh warga, namun sudah tidak setinggi beberapa waktu lalu," jelas Suseno di kantornya, Kamis (20/02/2020).

Lebih lanjut, Suseno mengatakan ternak yang dilaporkan mati mendadak tersebut juga tidak menunjukkan gejala mencurigakan yang mengarah pada Antraks.

Pasalnya, gejala Antraks bisa terlihat sebelum ternak mati. Sedangkan gejala tersebut tidak muncul. Alhasil, DPP pun tak melakukan uji laboratorium terhadap sampel ternak yang mati.

"Jadi ternak mati yang dilaporkan oleh warga langsung dikuburkan," kata Suseno.

Sekretaris Disperindag Gunungkidul Virgilio Soriano berharap turunnya angka kematian ternak menandakan kasus Antraks benar-benar hilang.

Sebab, merebaknya Antraks menyebabkan anjloknya tingkat pembelian dan konsumsi daging sapi oleh warga. Para pedagang pun ikut menjerit dengan kondisi ini.

"Saat ini kami berupaya mengembalikan kepercayaan masyarakat agar mau kembali mengonsumsi daging sapi," kata Virgilio.

Waginem (64), pedagang daging sapi dan kambing di Pasar Argosari, Wonosari mengaku hingga saat ini penjualan daging sapi masih turun drastis.

Meski sudah mengurangi stok daging dari yang biasanya 2 kg menjadi 1 kg, ia terpaksa tetap menyediakan sisa daging hari sebelumnya yang belum laku terjual.

Tak jarang, perempuan berkacamata ini mengaku sering menangis lantaran kondisi memprihatinkan tersebut.

"Bagaimanapun juga saya tetap butuh penghasilan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, ya dari berjualan daging ini," tutur warga Semanu ini.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved