Wabah Virus Corona
Temuan Baru Virus Corona, Ada Penyebar Super di Wuhan, Menginfeksi 10 Petugas Medis dan 4 Pasien
Hal ini membuat para dokter tidak menduga bahwa pasien itu terinfeksi virus corona Wuhan
Temuan Baru Virus Corona, Ada Penyebar Super di Wuhan, Menginfeksi 10 Petugas Medis dan 4 Pasien
TRIBUNJOGJA.COM - Korban wabah virus corona Wuhan, China terus berjatuhan. laporan terbaru Selasa (11/2/2020) sebanyak 1.016 orang dilaporkan tewas dan 40 ribuan lainnya terinfeksi virus corona.
Bahkan di Asia Tenggara, hampir semua negara sudah menemukan kasus positif virus corona kecuali Indonesia dan Myanmar serta Laos.
Laporan baru mengenai 138 pasien virus corona alias coronavirus Wuhan di Wuhan, China yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA mengungkapkan adanya penyebar super virus ini.
Satu orang penyebar super tersebut menginfeksi setidaknya 10 petugas medis dan empat pasien lain di rumah sakit Zhongnan, Wuhan.
Dilansir dari New York Times, Jumat (7/2/2020); pasien tersebut awalnya masuk rumah sakit karena mengeluhkan gejala gastrointestinal saja.
Hal ini membuat para dokter tidak menduga bahwa pasien itu terinfeksi virus corona Wuhan.
Pasalnya, virus yang sedang mewabah menyebabkan pneumonia dengan gejala utama seperti batuk, demam dan kesulitan bernapas.
• Kekhawatiran Peneliti Harvard Soal Tidak Adanya Kasus Virus Corona di Indonesia
Pasien tersebut pun diletakkan di bagian bedah yang juga dihuni oleh empat pasien lain yang kemudian ikut terinfeksi virus corona Wuhan.
Kasus ini mengingatkan para ahli akan fenomena "penyebar super" yang selalu ada dalam berbagai wabah virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Para penyebar super menginfeksi banyak orang dan menyebabkan penyebaran virus corona secara masif di rumah sakit.
Dalam laporannya, para ahli menulis bahwa data menunjukkan bahwa penyebaran manusia ke manusia secara cepat dapat terjadi karena gejala pasien yang tidak khas membuat dokter salah menduga dan gagal melakukan pencegahan.

Dari 138 orang yang diteliti, 10 persen tidak menunjukkan gejala batuk dan demam dulu, melainkan diare dan mual.
Gejala tidak umum lainnya yang dialami oleh pasien virus corona Wuhan adalah sakit kepala, pusing dan sakit perut.
41 persen dari pasien yang diteliti juga kemungkinan baru terinfeksi virus corona Wuhan ketika berada di dalam rumah sakit.
Pasalnya, 17 orang sebetulnya dirawat di rumah sakit karena penyakit lain dan 40 orang lainnya adalah petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Temuan lain yang layak jadi perhatian dari laporan ini adalah adanya beberapa pasien yang pada awalnya mengalami gejala ringan kemudian mengalami gejala berat beberapa hari setelahnya.
Median dari kemunculan gejala pertama hingga jadi kesulitan bernapas adalah lima hari, hingga masuk rumah sakit tujuh hari, dan hingga kesulitan bernapas berat delapan hari.
Melihat pola ini, para dokter disarankan untuk selalu waspada dan memonitor pasien, bahkan ketika gejala yang tampak tergolong ringan.
Kekhawatiran peneliti Harvard

Peneliti Harvard memiliki kekhawatiran soal tidak adanya kasus virus corona di Indonesia. Terlebih negara tetangga lainnya sudah ditemukan kasus coronavirus, tapi tidak demikian halnya dengan Indonesia.
Kasus virus corona hingga Senin (10/02/2020) malam tercatat ada sebanyak 40.573 kasus terkonfirmasi.
Sedangkan jumlah kematian karena virus yang menyebar dari kota Wuhan provinsi Hubei, China itu tercatat ada sebanyak 910 kasus kematian.
Sampai dengan hari ini, belum ada satupun kasus virus corona di Indonesia yang terkonfirmasi positif.
Ketiadaan kasus virus corona di Indonesia memicu kekhawatiran peneliti Harvard.
Menurutnya, ketiadaan tersebut mungkin berarti virus sebenarnya telah menyebar namun tak terdeteksi.
Jika itu terjadi, menurutnya ada potensi bagi virus tersebut membentuk epidemi yang jauh lebih besar.
“Indonesia telah melaporkan nol kasus, dan Anda akan mengharapkan telah melihat beberapa kasus,” ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch di Harvard TH Chan Scool of Public Health sebagaimana dikutip dari VOA News.
Thailand sendiri telah melaporkan 25 kasus, namun berdasarkan penelitian tim mereka menurutnya jumlah tersebut seharusnya lebih banyak.
Penelitian para ahli Harvard sendiri didasarkan pada perkiraan jumlah rata-rata penumpang pesawat yang terbang dari Wuhan ke kota-kota lain di seluruh dunia.
Asumsinya semakin banyak penumpang, maka berati ada kemungkinan penularan kasus virus corona.
"Kasus-kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara itu yang dapat menyebar di luar perbatasan mereka,” jelasnya.
Penelitian itu sendiri merupakan satu dari tiga penelitian terbaru yang mengatakan bahwa virus mungkin telah sampai di Indonesia.
Meski demikian ketiga penelitian terbaru itu sendiri diakui tak melalui proses ilmiah normal yang ditinjau oleh ahli dari luar.
Namun menurut peneliti yang dihubungi oleh VOA, penelitian tesebut menurut mereka masuk akal.
• Arsitek Rumah Sakit Virus Corona di Wuhan Ternyata Pria Kelahiran Indonesia
Melansir dari The Sydney Morning Herald, sebelumnya WHO mengingatkan agar Indonesia berbuat lebih banyak untuk mempersiapkan kemungkinan wabah virus corona di tengah kekhawatiran belum adanya satupun temuan kasus.
WHO menginginkan agar Indonesia meningkatkan pengawasan, deteksi kasus dan persiapan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk apabila terjadi wabah.
Perwakilan WHO di Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan mengatakan, Indonesia telah mengambil langkah konkret termasuk penyaringan di perbatasan internasional dan menyiapkan rumah sakit apabila terdapat kasus yang potensial.
"Indonesia sedang melakukan apa yang mungkin untuk dipersiapkan dan dipertahankan terhadap virus corona baru," katanya.
Namun menurutnya masih banyak hal yang harus disiapkan Indonesia mulai dari pengawasan, deteksi hingga persiapan fasilitas terkait skenario bila wabah terjadi.
"Ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi nCoV (novel coronavirus) minggu ini adalah langkah yang signifikan ke arah yang benar," ujarnya sebagaimana dikutip dari The Sydney Morning Herald (7/2/2020).
Tanggapan Menkes
Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian dr Siswanto menanggapi penelitian ahli dari Universitas Harvard itu. Siswanto mengatakan penelitian tersebut hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum dipastikan kebenarannya.
"Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel corona virus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang," kata Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, sebagaimana dikutip dari Kompas.com Senin (10/2/2020).
Ia menyebut, jika didasarkan perhitungan matematis, seharusnya terdapat 6-7 kasus positif virus corona di Indonesia.
Namun pihaknya menegaskan sampai dengan hari ini belum ada satupun kasus yang dinyatakan positif corona berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Litbang Kemenkes.
Kemenkes sendiri telah melakukan uji laboratorium terhadap 59 kasus dari 62 kasus yang ada. Hasilnya, tak ada satupun spesimen yang terbukti positif virus corona, sedangkan 3 spesimen lain tengah diteliti.
"Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja," kata dia. (*)