Wabah Virus Corona
Kisah Haru, Ibu Tak Bisa Peluk Anaknya Karena Virus Corona
Banyak cerita mengharukan yang terkuak setelah pemberitaan terkait virus corona yang begitu masif di media dunia. Beberapa waktu lalu, ada sejumlah
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Banyak cerita mengharukan yang terkuak setelah pemberitaan terkait virus corona yang begitu masif di media dunia.
Beberapa waktu lalu, ada sejumlah ibu di Kota Wuhan harus berpikir bagaimana caranya mendapatkan bangsal untuk melahirkan.
Hal ini terjadi lantaran bangsal rumah sakit kelebihan pasien dan belum menerima ibu hamil yang akan melahirkan.
• Update Terkini Korban Wabah Virus Corona : Lebih dari 24 Ribu Orang Terinfeksi Coronavirus
Kini, ada seorang perawat di rumah sakit yang menangis saat bertemu dengan putrinya. Ia merupakan perawat di garis depan yang harus menangani ribuan pasien virus corona.
Dalam sebuah video yang beredar, terlihat ia ingin memeluk putrinya tapi tidak bisa karena untuk mencegah penyebaran virus. Ia sendiri masih berada di dalam ruang karantina.

Namanya adalah Liu Haiyan. Liu dipanggil untuk bekerja di unit penyakit menular di Rumah Sakit Rakyat Kabupaten Fugou di Provinsi Henan, China, bulan.
Dirinya direkrut untuk membantu penanganan epidemi tepat ketika China mulai kewalahan menangani wabah itu.
Liu tidak melihat putrinya yang berusia sembilan tahun, Cheng Shiwen dalam 10 hari setelah direkrut bersama dengan 39 pekerja medis lainnya.
Ia terlihat sangat sedih, ditambah tekanan pekerjaannya cukup berat membuat dia sering kelelahan.
Keduanya bersatu kembali pada 31 Januari 2020. Namun, meski sudah saling bertemu, mereka harus berdiri beberapa meter dari satu sama lain untuk mencegah penyebaran virus.
• Seorang Warga Negara Indonesia di Singapura Positif Virus Corona
Diketahui, virus corona memang mudah menyebar lewat udara. Sehingga, siapapun yang ingin bertemu dengan perawat pasien virus corona harus membekali diri dengan pertahanan maksimal.
Dalam rekaman itu, Liu dikunjungi oleh Cheng Shiwen dan suaminya Cheng Xiaoshen, yang membawakannya sekotak kue yang baru dimasak. Video itu sudah dilihat lebih dari 100 juta kali di media sosial.

Liu, mengenakan pakaian pelindung, masker muka dan berdiri beberapa meter dari putrinya . Gadis muda itu terlihat menangis dan terharu
“Bu, aku benar-benar merindukanmu,” ucapnya singkat.
Liu memberi tahu dia bahwa dirinya juga merindukannya. Ia ingin memeluk anak semata wayangnya itu.
Ketika gadis itu bertanya apakah ibunya bisa pulang lebih cepat, Liu mengatakan kepadanya bahwa dia 'melawan monster' dan segera setelah virus dikalahkan ibu akan pulang.
Di akhir video, Cheng Shiwen menaruh kantong plastik berisi kue yang baru dimasak di dalam zona karantina untuk diambil ibunya.
Itu terjadi ketika jumlah korban resmi epidemi itu melonjak semalam sebanyak 57 hingga 361 kasus di Cina, ditambah satu di Filipina.
Otoritas Tiongkok melaporkan, sebanyak 2.829 kasus terjadi selama 24 jam terakhir, menginfeksi hingga 17.450 orang di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga telah mendeklarasikan Darurat Kesehatan Publik untuk Kepedulian Internasional.
Ini dilakukan WHO untuk memproteksi negara-negara dengan sistem kesehatan yang tidak terlalu baik.
Kisah mengharukan lain datang dari warga Kota Xiaogan, China. Ia adalah Feng Chuncui. Selama seminggu, ia telah menggunakan masker yang sama.
Feng adalah seorang ginekolog di rumah sakit utama di kota Xiaogan, China. Ia dan tim medisnya telah berjuang untuk mengatasi membanjirnya pasien virus corona. Padahal, timnya juga hampir kehabisan perlengkapan.
Di akhir bulan, Feng menjadi salah satu pasien virus corona. Mau tak mau, ia juga dirawat agar cepat sembuh.
“Rumah sakit kami mendapatkan pasien dalam jumlah besar setiap hari dan sedikit yang dipulangkan. Kami melewati hari-hari dengan masker, pakaian pelindung, kacamata keselamatan dan desinfektan," katanya sesuai dilansir South China Morning Post.
"Satu-satunya masker yang aku miliki sekarang diambil dari kantorku sebelum aku dirawat di rumah sakit dan aku telah menggunakannya selama lebih dari seminggu,” katanya.

Xiaogan adalah rumah bagi 4,8 juta dan hanya 60km (37 mil) di sebelah timur ibukota provinsi Hubei Wuhan, tempat kasus virus korona pertama kali dilaporkan.
Ketika tingkat infeksi melonjak selama akhir pekan, Filipina juga mencatat kematian pertama akibat virus corona di luar China.
Departemen Kesehatan negara itu mengatakan seorang pria China berusia 44 tahun dari Wuhan masuk rumah sakit pada 25 Januari 2020 setelah mengalami demam, batuk dan sakit tenggorokan.
Menurut otoritas, ia menderita pneumonia berat. Selama dirawat, pria itu menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Namun sayang, kondisi pasien memburuk dalam 24 jam terakhir yang mengakibatkan kematian.
Adapula seorang perempuan berusia 38 tahun, juga berasal dari Wuhan, pertama kali dinyatakan positif terkena virus dan tetap berada di zona isolasi rumah sakit di Manila.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )