Wabah Virus Corona
Pernah Unggah Video Makan Sup Kelelawar dan Ada Wabah Corona, Presenter di China Ini Minta Maaf
Setelah virus mematikan ini mewabah, seorang selebriti internet di Tiongkok meminta maaf pernah mengunggah video memakan sop kekelawar
Penulis: Rina Eviana | Editor: Rina Eviana
Pernah Unggah Video Makan Sup Kelelawar dan Ada Wabah Corona, Presenter di China Ini Minta Maaf
TRIBUNJOGJA.COM - Wabah virus corona kini menjadi masalah serius yang dihadapi sejumlah negara. Coronavirus, yang pertama kali ditemukan di Wuhan China kini telah dilaporkan menewaskan 56 orang.
Setelah virus mematikan ini mewabah, seorang selebriti internet di Tiongkok meminta maaf pernah mengunggah video memakan sup kekelawar.
Video itu dibuat saat presenter bernama Wang Mengyun itu merekam acara traveling dan mencoba mencicipi sup kelelawar.

Demikian dilaporkan South China Morning Post dikutip Tribunjogja.com, Minggu (26/1/2020).
Dengan korban tewas akibat wabah corona mencapai lebih dari 50 jiwa, selebriti internet Tiongkok itu telah meminta maaf karena video tiga tahun lalu yang mempromosikan kelelawar sebagai makanan lezat.
Wang Mengyun, menulis di microblog-nya bahwa dia tidak sadar bahwa kelelawar bisa menjadi pembawa virus mematikan itu.

Dengan angka kematian dari coronavirus terkini ia menulis, “[Saya] tidak tahu selama pembuatan film bahwa ada virus seperti itu,” tulis Wangpada hari Rabu. "Aku baru menyadarinya baru-baru ini," lanjutnya
• UPDATE Wabah Virus Corona: 13 Negara Konfirmasi Temuan Pasien Positif Coronavirus Wuhan
Dia mengatakan video itu direkam di Palau, sebuah negara kepulauan di Pasifik barat, sekitar tiga tahun lalu, ketika dia dan timnya sedang syuting program pariwisata dan mencoba beberapa hidangan lokal, termasuk sup kelelawar.
Dalam video itu, Wang dan seorang wanita China lainnya memegang sup kelelawar dan tersenyum di depan kamera.
"Kelelawar rasanya sangat segar, seperti daging ayam," katanya.
Dalam unggahan di blognya minggu lalu, Wang mengatakan "Saya hanya mencoba memperkenalkan kehidupan orang-orang lokal"
• Setelah Shanghai Disney, Kini Ocean Park dan Hong Kong Disneyland Juga Ditutup, Cegah Virus Corona
"Saya tidak tahu bahwa kelelawar adalah tempat penyimpanan utama virus ... Saya benar-benar tidak memeriksa informasi atau menjelaskan sifat bahayanya," katanya.
Video itu telah diturunkan (take down) namun sudah banyak disebarluaskan oleh pengguna internet China setelah kasus virus corona Wuhan muncul di Chinaakhir tahun lalu.
Virus itu kini menyebar ke seluruh negeri dan luar negeri, menewaskan 56 orang dan memicu rasa takut tertular.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional setempat ditemukan hampir 2.000 kasus pasien terinveksi virus corona baru 324 di antaranya dalam kondisi kritis.
Sementara para pejabat kesehatan dan peneliti sedang berjuang untuk menemukan asal-usul virus, para ilmuwan China mengatakan pada hari Jumat bahwa 96 persen virus itu identik dengan coronavirus yang ada di kelelawar.
Temuan David Robertson, seorang spesialis bioinformatika di Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow, dan ahli statistik Jiang Xiaowei dari Universitas Xian Jiaotong-Liverpool, yang menulis dalam sebuah forum diskusi medis bahwa data genom koronavirus baru “paling dekat hubungannya ”ke tiga coronavirus kelelawar lainnya.

Wabah di Wuhan juga memicu diskusi sengit di daratan Cina tentang pelarangan konsumsi hewan eksotik, yang dijual di pasar basah yang diduga menjadi sumber kasus tersebut.
• 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) Nama Resmi Virus Corona yang Bikin Geger Dunia
Beberapa pengguna internet mengatakan Wang seharusnya menyadari sifat bahaya mengonsumsi hewan liar, mengingat dugaan spesies eksotik berasal dari wabah 2003 yang mematikan dari sindrom pernapasan akut (Sars), yang menewaskan 774 orang di seluruh dunia.
“[Wang] merekam video pada 2016 tetapi sejak 2003 Sars kami telah diperingatkan untuk menolak konsumsi hewan liar,” tulis seorang pengguna Weibo.
"Dia mengatakan itu [difilmkan] di luar negeri tetapi apa yang dia lakukan adalah mencoba menunjukkan kepada orang-orang bahwa kelelawar itu terasa menarik,"

Virus corona yang tersebar di China dan wabah SARS di tahun 2003 memiliki dua kesamaan.
Keduanya berasal dari keluarga virus corona dan ditularkan melalui hewan ke manusia.
Virus corona merupakan penyakit zoonosis. Artinya, mereka disebarkan ke manusia dari hewan.

Pasar-pasar yang menempatkan manusia dengan hewan mati atau hidup di tempat yang sama, dapat menjadi kondisi di mana virus mudah tersebar.
"Pasar hewan hidup yang diatur dengan buruk, dicampur dengan perdagangan satwa liar ilegal menjadi peluang bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar ke populasi manusia," kata Wildlife Conservation Society, sebagaimana dikutip Business Insider.
Dalam kasus SARS, dan mungkin juga di wabah virus corona ini, kelelawar menjadi inang.
Kemudian, mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia. " Kelelawar dan burung dianggap sebagai spesies reservoir untuk virus dengan potensi pandemi," ungkap ahli virus di Pusat Medis Erasmus Rotterdam Belanda, Bart Haagmans. Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.
Hewan-hewan tersebut juga merupakan sumber asli dari penyakit Ebola yang telah menewaskan 13.500 orang pada tahun 1976. Selain itu, juga sindrom pernapasan Timur Tengah yang lebih dikenal dengan MERS. Virus ini ditemukan di 28 negara. Kemudian, juga virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian sebesar 78 persen.
Sejauh ini, virus corona yang muncul di Wuhan telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 900 orang. Para ahli belum mengonfirmasi spesies hewan yang mampu menyebarkan virus ini ke manusia.
Akan tetapi, ada beberapa dugaan. Ilmuwan di China membandingkan kode genetik dari virus corona Wuhan dengan virus corona lainnya. Hasilnya, terdapat kesamaan paling besar pada sampel virus corona dari dua kelelawar.
"Ada indikasi bahwa ini adalah virus kelelawar," kata ilmuwan Rocky Mountain Laboratories, Vincent Munster. Sementara, menurut kelompok ilmuwan lainnya yang menyunting Journal of Medical Virology, spesies perantara dalam kasus ini diduga adalah kobra China.

Alasannya, analisis genetik lebih lanjut menunjukkan bahwa blok pembangun genetik virus corona Wuhan sangat mirip dengan ular. Jadi, para peneliti berpikir bahwa populasi kelelawar dimungkinkan menginfeksi ular, yang kemudian menularkan virus tersebut kepada manusia.
Namun, satu-satunya cara untuk memastikan dari mana virus ini berasal adalah dengan mengambil sampel DNA dari hewan-hewan yang dijual di pasar dan dari ular serta kelelawar di daerah tersebut. Ancaman kelelawar Berdasarkan sebuah studi tahun 2017, kelelawar memiliki proporsi virus zoonosis yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mamalia lain.
Para ahli berfikir bahwa kondisi ini disebabkan oleh kemampuan kelelawar terbang melintasi jarak geografis yang luas dengan membawa penyakit tertentu. Kelelawar menyebarkan virus melalui kotorannya. Jika mereka menjatuhkan kotoran di buah yang akan dimakan oleh hewan, hewan pemakan pun menjadi pembawa penyakit.
"Kami mengetahui cukup banyak virus dalam cetak biru WHO yang memiliki kaitan langsung ataupun tidak langsung dengan kelelawar," kata Munster. Maret lalu, sebuah penelitian pun memprediksi bahwa kelelawar dapat menjadi sumber wabah jenis virus corona baru di China.(South China Morning Post, Kompas.com)