Tak Cuma Kubah Besi, Israel Kini Dilindungi Pencegat Rudal Berbasis Laser
Sistem pertahanan pencegat rudal ini dioperasikan bersamaan dengan sistem pertahanan udara kubah besi alias Iron Dome yang selama ini dipakai.
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Terobosan dalam upaya Israel terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu, ketika pengembang Israel menciptakan teknologi untuk fokus dan menstabilkan sinar laser jarak jauh dan untuk dan mengatasi gangguan atmosfer.
Itu mengarah pada pengembangan teknologi intersepsi efektif yang mampu memberikan lapisan pertahanan baru bagi Israel di darat, di laut dan di udara.
"[Sistem] akan mengurangi ketergantungan pada intelijen atau kebutuhan untuk menyelidiki ancaman untuk mengetahui apa itu dan bagaimana bertindak melawannya," catat sumber pertahanan.
Setelah pengujian tahun ini, setelah operasional, militer Israel berharap untuk menerapkan sistem di bagian utara dan selatan negara itu.
Sistem Pertahanan Udara Iron Dome

Iron Dome alias kubah besi merupakan kependekan dari Dual Mission Counter Rocket, Artillery and Mortar and Very Short Ranghe Air Defense System.
Alat tersebut dikembangkan Rafael Advanced Defense System terhitung sejak tahun 2007 silam sejak ekskalasi konflik meningkat.
Menggunakan rudal bertenaga baterai, alat ini digadang–gadang sanggup melumpuhkan serangan roket udara.
Hal itu lantaran alat ini memiliki sensor sensitif yang mampu mengenali dan melumpuhkan ancaman roket jarak dekat dan jarak menengah.
Setidaknya terdapat tiga bagian inti sistem pertahanan rudal yang dipasang secara portable.
Pertama, sistem radar yang terus mengawasi kawasan udara dengan jangkauan hingga radius 40 mil persegi.
Segala benda tak dikenal yang melewati kawasan tersebut akan ditangkap oleh peralatan yang dipasang di sebuah truk pengendali.
Di sini, semua informasi diolah, untuk menentukan apakah akan melakukan penangkalan ataupun sebaliknya.
Jika keputusan pencegatan diambil, maka data ini akan segera dikirimkan ke unit interceptor, yang akan meneruskan perintah untuk meluncurkan misil penangkal rudal yang sudah diprogram sedemikian rupa sehingga sanggup mengenali ancaman tersebut.
Mereka mengklaim bisa meluncurkan rudal penangkal serangan dalam jumlah yang banyak sekaligus untuk mengantisipasi serangan roket yang lebih besar.
Tiap rudal yang diluncurkan Iron Dome, setidaknya menghabiskan anggaran sekitar USD 40 ribu.
Namun demikian, mereka menganggap, harga mahal itu sebanding dengan efektivitas yang ditunjukan sistem pertahanan rudal canggih ini.
Militer Israel bahkan mengklaim bahwa pihaknya berhasil melumpuhkan setidaknya 85 persen roket yang diluncurkan Hamas.
Selain itu, sistem pertahanan rudal ini juga sanggup mengenali arah roket yang datang. Jika mengarah ke wilayah padat penduduk, maka skema pencegatan segera dilakukan.
Lain halnya ketika roket mengarah pada wilayah yang tidak didiami penduduk, biasanya dibiarkan begitu saja lantaran tidak menimbulkan kerusakan dan korban.
Pengembangan sistem pertahanan rudal ini, tak terlepas dari peran serta Amerika Serikat.
Pada awal pengembangannya, Obama bahkan memberikan USD 200 juta untuk pengembangan sistem pertahanan rudal ini. (*)