Jawa
Kampung 'Pemulung' di Sudut Kota Sejuta Bunga
Kelurahan juga berusaha agar warga di Kampung tersebut dapat mandiri dan alih profesi dari pekerjaan pemulung.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Tenny mengatakan, waktu relokasi, Pemkot Magelang telah menyediakan rusun.
Satu rusun di Tidar dikosongkan dan diperuntukkan untuk warga di sana.
Sebagian ada yang sudah tinggal di sana, tetapi sebagian karena masih berprofesi pemulung, terpaksa mereka tidak bisa tinggal di rusun.
"Kondisinya, mereka sudah disediakan tempat tinggal di rusun, tetapi pekerjaan yang mengharuskan seperti itu, mereka mencari lahan untuk menaruh rosok itu. Kita sudah menyediakan di rusun, disediakan bahkan dikosongi sampai akhir tahun. Ibaratnya di sana, silahkan kalau dipakai, tetapi kalau belum layak, silahkan tinggal di rusun, apalagi yang punya anak kecil," ujarnya.
Meski demikian, pemerintah tidak tinggal diam.
Tenny mengatakan, bantuan air diberikan dari DAK, melalui Dinas Perkim bekerjasama dengan PDAM. Cukup membayar Rp 250 ribu, pipa air sudah terpasang.
Warga di sana juga diusulkan masuk ke dalam daftar penerima bantuan sosial.
Akses jalan diusulkan untuk dibangun melalui musyawarah perencanaan atau Musren. Program permukiman berbasis komunitas juga akan didukung melalui Dinas Permukiman.
• Pertemuan Haru Mantan ART Nike Ardilla yang Jadi Pemulung dengan Melly Goeslaw
"Terakhir akses jalan, kita lewat sana mau ke kampung tidak bisa. Di sana tanah pribadi semua, kalau mau nyebrang tidak bisa. Tahun kemarin kita usulkan melalui Musren juga untuk rehab saluran dan jalan inspeksi. Sehingga warga bisa punya akses, kelompok tani juga punya irigasi yang memadai. Akses jalan sudah diusulkan, tetapi terkendala anggaran, belum bisa dialokasikan di tahun ini. Di tahun ini kita usulkan lagi di musren. Semoga segera terealisasikan," tuturnya.
Kelurahan juga berusaha agar warga di Kampung tersebut dapat mandiri dan alih profesi dari pekerjaan pemulung.
Pelatihan kepada warga akan diberikan, baik dari PKK, Puspaga atau dari lainnya, termasuk juga upaya perbaikan rumah.
Meski begitu, usaha-usaha tersebut mesti direncanakan secara matang, sehingga dapat berhasil.
"Banyak, seperti pelatihan dari Dinas Tenaga Kerja, kita alokasikan ke mereka. Walaupun masih ada kendala, dimana warga memilih bekerja. Meski begitu terus kita dorong. Dari PKK, Puspaga, bahkan dari UMMagelang, turun juga, mengajari ngaji, membaca, karena ada yang tak bisa baca tulis. Segala hal kita usahakan di sana. Dari SDM, kita bangun lebih dulu," kata Tenny.
Tenny sendiri salut dengan perjuangan warga di 'Kampung Pemulung'.
Mereka berjuang membangun rumah dari hanya satu batu-bata, dibangun satu per satu, menjadi rumah.
Warga pun guyub dan rukun bersama dengan warga RW02 di Kampung Kiringan, seakan tidak ada lagi perbedaan di antara warga.
"Mereka luar biasa perjuangan mereka di sana. Dari mulai mereka menyusun batu bata dan dibangun dari satu per satu, kerjabakti dengan warga RW02, sama-sama. Ada komunitas juga yang membantu. Saat Idul Adha, warga di sana juga ikut berkurban. Kemarin ke sana, kumpulan RT sudah sempat di sana. Guyupnya sudah terasa. Bahkan sebelum ada listrik. Warga disana akan terus kita rangkul," ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)