Rumah Yadi Jadi Sarang Ular Kobra ! Ditemukan Belasan Ular dari Kamar Mandi Hingga Lemari
Belasan ekor anak ular kobra ditemukan di salah satu rumah warga di Desa Mantingan, Ngawi, Jatim. Ular-ular itu kemungkinan baru beberapa hari menetas
TRIBUNJOGJA.COM - Belasan ekor anak ular kobra ditemukan di salah satu rumah warga di Desa Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Ular-ular itu kemungkinan besar baru beberapa hari menetas.
Sebagaimana dilansir kompas.com, Ketua Tim SAR LPJ mengatakan pihaknya langsung melakukan operasi evakuasi setelah mendapatkan laporan adanya temuan ular di rumah warga.
Mereka juga dibantu oleh Komunitas Reptil dan Solo Exalos.

Hasilnya, petugas menemukan 8 ekor anak ular kobra di rumah Yadi, warga yang melaporkan adanya temuan ular di rumahnya.
“Pemilik rumah melapor ke tim SAR karena sudah membunuh 3 ekor anak ular. Khawatirnya masih ada di rumah,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (18/12/2019).
Suyono menambahkan, setelah melakukan upaya pencarian, sebanyak 8 ekor anak ular kobra yang diperkirakan sudah beberapa hari menetas ditemukan hampir di seluruh ruangan.
Anak ular kobra tersebut diduga mencari tempat berlindung dan berburu makanan.
“Kemungkinan sedang berburu hewan seperti tikus atau cecak. 8 ekor anak ular kobra kita temukan di kamar, di lemari, bahkan di kamar mandi,” tambahnya.
Evakuasi 8 ekor anak ular kobra di rumah Yadi merupakan kasus pertama kali adanya ular kobra di pemukiman warga.
Rumah Yadi yang dekat dengan persawahan diduga dijadikan tempat bersarang ular kobra.
Meski 8 ekor anak kobra dievakuasi, tim SAR belum berhasil menemukan induk ular kobra.
“Biasanya ular kobra bertelur antara 10 sampai 20 butir. Kami imbau kepada warga untuk segera melapor jika menemukan ular kobra karena musim penghujan seperti ini merupakan musim telur menetas,” ucap Suyono.
Fenomena ular kobra di berbagai daerah
Ular kobra ditemukan di berbagai daerah di awal musim hujan 2019 ini. Ada yang mencapai belasan ekor anak ular kobra, hingga temuan puluhan ekor ular kobra. Fenomena apakah ini?

Petugas pemadam kebakaran Jakarta Barat menemukan belasan ekor anak ular kobra di bekas kolam ikan warga pada Minggu (15/12/2019) siang. Sayangnya, pada operasi penangkapan tersebut, petugas belum berhasil menemukan induk ular kobra.
Sebagaimana dilansir kompas.com, Kasie Ops Pemadam Kebakaran Jakarta Barat, Eko Sumarno menjelaskan bahwa ular pertama ditemukan oleh warga.
Temuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan melaporkan ke petugas.
Petugas pemadam kebakaran menerima laporan itu pada pukul 11.00 WIB.
Sebanyak empat orang personel Damkar kemudian dikerahkan untuk mengevakuasi ular-ular tersebut.
Selama 30 menit, petugas menangkap satu per satu anak ular tersebut dan dimasukkan ke dalam wadah plastik.

Akan tetapi, petugas belum menemukan induk dari belasan ular kobra tersebut.
Selepas dievakuasi, ular-ular itu dibawa ke kantor unit Kembangan.
"Untuk lebih lanjut, ular akan diberikan ke Yayasan Sioux Ular Indonesia," ujar Eko.
Proses evakuasi pun berjalan lancar tanpa melukai petugas ataupun ular yang tertangkap.
Warga Temukan Belasan kobra di Gunung Kidul

Fenomena munculnya ular kobra di awal musim hujan ini memang terjadi di sejumlah tempat.
Sebanyak belasan ekor ular kobra juga ditemukan di Gunung Kidul.
Ular itu muncul di desa Kepek, Kecamatan Wonosari pada awal Desember 2019.
Warga sekitar, Ervan Bambang mengatakan, ular kobra ditemukan di tengah-tengah pemukiman warga.
Dan sudah ada beberapa ekor yang masuk ke dalam rumah warga.
"Beberapa hari lalu warga menemukan 8 ekor ular kobra, kami juga sudah mengundang pawang ular lokal untuk mencari," katanya, Rabu (4/12/2019).
Ervan menambahkan warga tidak tinggal diam dan sudah menghubungi orang yang paham dalam melakukan pencarian terhadap sarang ular kobra di Desa Kepek.
"Sudah menghubungi dan kemarin waktu ke sini mendapatkan 3 ekor kobra," katanya.
Belasan ular kobra yang ditemukan masih berukuran kecil namun tetap saja berbahaya bagi masyarakat sekitar.
"Padahal kejadian ini bukan yang pertama kalinya, tahun lalu juga ditemukan ada 32 ekor kobra disini (Kepek), sekarang muncul lagi. Rumah saya juga sempat kemasukan ular kobra," ujarnya.
Kepala Dusun Kepek I Sukirno menambahkan sejak 4 tahun terakhir dibulan November akhir sering muncul anakan ular kobra tak hanya di pekarangan saja tetapi juga masuk ke kamar warga.
"Ukuran kobra sekitar 30 cm, 4 hari terakhir warga sudah menangkap 4 ekor kobra. Warga juga sudah memanggil pawang ular dan juga memanggil orang yang paham , bahkan tahun lalu juga sudah memanggil paranormal untuk menyarati tetapi ini masih muncul lagi," jelasnya.
"Bahkan pada tahun 2017 warga menangkap sebanyak 32 ekor sedangkan pada 2018 warga menangkap 17 ekor," imbuhnya.
Hal itu membuat warga juga harus mengungsi dari rumah lantaran takut kalau ular kobra sampai menggigit anggota keluarganya.
"Kebetulan yang mengungsi memiliki anak kecil takutnya kalau ular masuk ke kamar nanti menggigit anaknya makanya mereka mengungsi," katanya
Ia berharap induk ular kobra segera bisa ditangkap dan dipindah agar tidak bertelur di area pemukiman warga.
"Yang terpenting kan menangkap indukan ular kalau indukannya tidak segera tertangkap maka akan bertelur dan muncul lagi anakan kobra ini," katanya.
Ular Kobra di Jember 'Serang' Perumahan

Tak hanya di Gunung Kidul, ular kobra juga ditemukan di Perumahan Tegalbesar Permai 1 Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Jember pada awal Desember 2019 ini.
Warga pun menggelar kerjabakti mencari ular kobra di perumahan itu, Minggu (1/12/2019).
Warga menyebut 30 ular kobra berkeliaran di sekitar perumahan.
Sebagaimana dilansir SURYA, Komandan Regu (Danru) B Damkar, Dwi Atmoko, menjelaskan bahwa pihaknya menyisir tiga blok yakni AQ-AP-AR di perumahan tersebut.
"Kami menyisir semua rumah di tiga blok. Menemukan satu ekor ular kobra, masih kecil. Kami temukan di luar rumah," ujar Dwi yang dihubungi Surya.
Selain menyisir rumah dan pekarangan warga, secara khusus, petugas dan warga juga membersihkan sebuah lahan kosong di dekat blok tersebut.
Areal itu ditumbuhi rerimbunan, dan ada sisa material bangunan. Karenanya, petugas membongkar beberapa sisa material bangunan untuk mencari hewan jenis reptil tersebut.
Warga juga memangkas, dan membersihkan rerimbunan semak.
"Warga membakar sisa semak, dan rumput yang dibersihkan sekaligus untuk mengusir ular," imbuh Dwi. Petugas juga menyisir selokan rumah warga.
Selain melakukan operasi pencarian, petugas Damkar juga mengedukasi warga setempat.
Jika warga masih menemukan ular kobra di dalam rumah, sebaiknya tidak membunuhnya.
"Namun dipantau, dijaga sambil menelepon hotline Pemadam Kebakaran. Kalau tidak terpaksa, jangan dibunuh. Sambil menunggu petugas datang, sebaiknya ularnya dipantau. Kami akan sesegera mungkin datang, dan menangkapnya," imbuh Dwi.
Petugas menyarankan, supaya ular tersebut tidak dibunuh supaya rantai makanan kehidupan tidak terpotong.
Kecuali dalam situasi terdesak, dan membahayakan nyawa warga. Karenanya, petugas Damkar membagikan stiker yang berisi nomor telepon 'hotline' Damkar Jember.
Dalam dua kali operasi pencarian ular di perumahan itu, petugas Damkar menemukan dua ekor ular kobra.
Ular yang ditangkap itu tidak dibunuh, namun untuk sementara dititipkan di rumah seorang petugas Damkar Jember.
Selain petugas Damkar, sebelumnya petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember juga melakukan pencarian ular di perumahan itu.
Petugas memberikan penyuluhan cara menangani ular yang masuk ke permukiman warga.
Dua pekan terakhir, warga Perumahan Tegalbesar Permai 1 Kelurahan Tegalbesar Kecamatan Kaliwates, Jember diresahkan kehadiran ular kobra.
Menurut warga, sekitar 30 ular kobra diketahui berkeliaran di tiga blok di perumahan tersebut.
Ular itu diketahui masuk rumah, di jalan, juga di selokan.
Beberapa ekor ular kobra itu dibunuh warga ketika warga memergokinya.
Penjelasan Dokter Hewan Terkait Fenomena Ular Kobra Masuk Pemukiman Warga
Dokter Spesialis Hewan Eksotik dan Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (UGM) Dr drh Slamet Raharjo MP mengatakan fenomena ular kobra masuk pemukiman warga tersebut berulang setiap tahun karena pengaruh musim.
"Jadi sama sekali bukan serangan ular tapi lebih ke aktivitas normal ular," ujarnya kepada Tribunjogja.com, Jumat (6/12/2019).
Ia menjelaskan, ular merupakan hewan berdarah dingin yang tidak tahan panas.
Di wilayah Gunungkidul yang relatif panas dan kering, pada bulan April hingga Juni adalah musim kawin bagi ular.
Setelah kawin, ular akan mencari lubang atau goa yang sejuk dan dingin sampai bertelur pada sekitar bulan Juli hingga Agustus.
Setelah bertelur, induk akan bersembunyi dan tidur panjang di tempat-tempat yang gelap, dingin dan lembab untuk menghindari musim panas atau dalam istilah ilmiahnya yakni "estivasi" dari lawan kata "hibernasi".
Sehingga pada bulan-bulan tersebut ular menghilang atau sangat jarang terlihat.
Masa inkubasi atau pengeraman telur dan masa estivasi sekitar tiga bulan.
Memasuki bulan November, udara lebih sejuk karena mulai hujan dan telur-telur tersebut mulai menetas.
Begitu telur-telur menetas dan masa estivasi berakhir, ular-ular dewasa kembali aktif berkeliaran dan anak-anak ular yang baru menetas akan keluar dari sarangnya untuk beraktivitas dan mencari makan sehingga sebagian masuk ke wilayah pemukiman penduduk.
"Jadi fenomena ini berulang setiap tahun karena pengaruh musim. Ketika ular dan anak ular ini masuk pemukiman itu lebih karena mencari mangsa tikus, katak, cicak.
Di wilayah pemukiman biasanya jalur masuk melalui saluran air yang juga menjadi jalur tikus. Jadi bukan karena mendekati manusianya," kata dia.
Ia mengatakan, selama tidak diprovokasi atau diganggu, ular kobra tersebut tidak menimbulkan masalah.
"Masalahnya justru manusianya yang over protektif atau bahkan phobia sehingga menganggap semua ular yang dijumpai pasti berbahaya," jelasnya.
Lanjutnya, venom atau racun ular hanya berefek apabila masuk jaringan otot, darah, limfe terutama melalui gigitan.
Rute lain yakni melalui semburan yang mengenai kulit yang terluka atau membran mukosa seperti mata dan gusi.
Namun kasus tersebut sangat jarang dan efek venom sangat minimal.
"Intinya, selama ular tidak diganggu, ular tidak akan menggigit. Selama ular tidak menggigit tidak ada bahaya bagi manusia," ungkapnya. (*)