Sudah Tahu Tak Bahagia, Tapi Kenapa Ada Orang yang Rela Bertahan dalam Hubungan yang Buruk?
Alasan utama seseorang memilih bertahan dalam hubungan yang buruk adalah rasa peduli terhadap pasangannya.
TRIBUNJOGJA.COM - Membahas persoalan cinta memang selalu rumit. Terkadang, ada yang bertanya-tanya, mengapa ada orang yang sanggup bertahan dalam sebuah hubungan yang menyakitkan?
Secara ilmiah, ada jawabannya.
Melansir Science Daily, alasan utama seseorang memilih bertahan dalam hubungan yang buruk adalah rasa peduli terhadap pasangannya.
Psikolog sosial Samantha Joel mengatakan, seseorang merasa enggan memulai perpisahan karena menganggap pasangannya sangat berkomitmen pada hubungan tersebut.
• Coba Peka, Perhatikan Ini Tanda-tanda Seseorang Sedang Menyukai Kamu
Menurut Joel, pemikiran semacam itu juga berlaku pada orang-orang yang tidak benar-benar berkomitmen terhadap hubungan tersebut atau merasa tidak puas dalam hubungan yang dijalaninya.
"Secara umum, kami tidak ingin menyakiti pasangan kami dan kami peduli dengan apa yang mereka inginkan," kata dia.
Joel juga pernah melakukan penelitian terhadap 1.348 orang yang menjalani hubungan romantis selama 10 minggu.
• 4 Zodiak yang Akan Menemukan Cinta Baru di Tahun 2020
Tak ingin menyakiti
Dari riset tersebut, Joel menemukan adanya prilaku inheren prososial atau jenis prilaku sukarela yang bertujuan untuk membantu orang lain.
Riset juga membuktikan, semakin trgantung seseorang pada pasangannya, semakin kecil kemungkinan mereka untuk memulai perpisahan.
Adanya perilaku prososial ini membuat seseorang tidak memberikan keputusan egois.
Peneliti menyakini hal tersebut terjadi karena seseorang yang memilih bertahan memperhitungkan komitmen pasangannya terhadap hubungan tersebut.
• Sering Bercinta Bikin Miss V Longgar, Jarang Bercinta Bikin Kembali Rapat. Benarkah?
Mereka juga mempertimbangkan hal-hal menyedihkan yang akan terjadi saat perpisahan itu terjadi.
Jadi, keputusan seseorang memilih bertahan dalam hubungan yang menyakitkan bukan karena perasaan bersalah, rasa takut akan pembalasan atau kekecewaan yang mungkin akan dialami oleh teman dan keluarganya.
"Dalam penelitian ini, kami secara konsisten menemukan seseorang sangat mempertimbangkan perasaan pasangan mereka sehingga enggan mengakhiri hubungan tersebut meski menyakitkan," kata Joel.