Kota Yogya
Jelang Pergantian Musim, BPBD Kota Yogya Waspadai Sungai dan Talud
BPBD Kota Yogya mengantisipasi sejumlah sungai yang akan berpotensi menimbulkan aliran yang cukup besar, seperti Code atau Winongo.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, belum menemukan kejadian dan kerusakan dinding penahan tanah (talud) di wilayah setempat dalam memasuki musim penghujan ini.
Selain berkoordinasi dengan DPUPKP Kota Yogyakarta, pihaknya juga melakukan imbauan kepada masyarakat untuk senantiasa mengawasi lingkungan sekitar.
Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi menyebut, antisipasi pihaknya dalam menghadapi masuknya musim penghujan ini bukan saja fokus pada pengecekan talud.
Namun, juga pada pohon yang cukup rimbun atau hal lain yang berpotensi menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.
• Reses, Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto Dialog Bersama Warga Jetis tentang Mitigasi Bencana
"Kalau yang baru mudah-mudahan tidak ada, kecuali kalau yang sudah rusak ya, seperti talud sungai yang di Terban tapi itu kan kewenangan BBWSSO," kata Hari, Jumat (15/11/2019).
Hari menjelaskan, saat ini masih ada satu pekerjaan talud yang dalam proses yakni di wilayah Juminahan, Danurejan.
Pengerjaan sudah memasuki tahap pengecoran dan diharapkan bisa masuk ke tahap penyelesaian sebelum masuk musim penghujan.
Lebih lanjut dia mengutarakan, masyarakat perlu waspada terhadap sejumlah tebing atau tanah yang merekah.
Fenomena itu dianggap akan berpotensi menimbulkan bencana tanah longsor.
• Tutorial Tampil Kece dengan Makeup Sachet yang Praktis dan Terjangkau
"Diusahakan jangan sampai terkena aliran air, karena akan semakin mempercepat proses rekahan dan longsor," jelasnya.
Pihaknya juga mencoba mengantisipasi sejumlah sungai yang akan berpotensi menimbulkan aliran yang cukup besar, seperti Code atau Winongo.
Hari menjelaskan, Code menjadi fokus pihaknya jika dikaitkan dengan peristiwa Merapi, pasalnya aliran lahar hujan akan mengarah ke Code lewat Boyong.
"Sementara kalau Winongo dan Gajah Wong itu kan bukan dari Merapi, itu mata air yang ngumpul lalu menjadi sungai," tukasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)