Seniman Djaduk Meninggal

Meninggal di Pangkuan Sang Istri, Ini Pesan Terakhir dan Impian Seniman Djaduk Ferianto

Seniman kondang, Djaduk Ferianto tutup usia. Penggagas NgayogJazz itu meninggal dunia di pangkuan sang istri.

Editor: Rina Eviana
Tribun Jogja/ Hasan Sakri Ghozali
Djaduk Ferianto, sutradara Teater Gendrik saat memberikan keterangan pers persipan pentas teater dengan judul Para Pensiunan 2049 di rumah makan Bu Ageng, kota Yogyakarta, Jumat (5/4/2019) lalu. 

Sekaligus, Gusti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang, khususnya kepada awak media yang terus mendukung karier dan pergerakan ayahnya di dunia seni selama ini.

Gusti mengingat pesan pesan sang Ayah yang hampir selalu disampaikan ketika bertemu. Terakhir kali sebelum Gusti berangkat ke Jakarta untuk sebuah konser bersama band-nya Tashoora.

"Sebagai sosok Ayah beliau selalu berpesan agar menjaga kepercayaan, selalu hati hati dalam melangkah dan selalu setia dengan pilihan hidup yang diambil," kata basis band Tashoora tersebut lirih.

Lanjut Gusti, mendiang ayahnya tersebut juga selalu memberikan dukungan pada karir anak anaknya.

Seniman etnik Yogyakarta, Djaduk Ferianto, mempunyai cara berbeda dalam menyambut perayaan Hari Raya Natal. Album bertajuk 'Hai, Mari Berhimpun', resmi diluncurkan adik dari seniman Butet Kertaradjasa ini ke pasaran, Senin (8/12/2014).
Seniman etnik Yogyakarta, Djaduk Ferianto, mempunyai cara berbeda dalam menyambut perayaan Hari Raya Natal. Album bertajuk 'Hai, Mari Berhimpun', resmi diluncurkan adik dari seniman Butet Kertaradjasa ini ke pasaran, Senin (8/12/2014). (Tribun Jogja/M Fathoni)

Gusti mengingat, ayahnya pernah menyatakan salut terhadap perkembangan kariernya di bidang musik bersama Tashoora.

Belum lama ini, Gusti bersama Tashoora pernah terlibat kolaborasi bareng band Kuaetnika yang didirikan mendiang sang ayah. Di lagu berjudul Tatap,Tashoora dan Kuaetnika berkolaborasi.

Impian lewat Ngayogjazz

Mendiang Djaduk Ferianto memiliki impian yang ia salurkan melalui Ngayogjazz.

Board Committee Ngayogjazz Aji Wartono mengatakan, Djaduk fokus dalam persemaian bibit-bibit seniman muda.

"Cita-citanya simpel, ada persemaian bibit-bibit muda. Juga, seni punya pendukungnya dalam masyarakat. Dan masyarakat lebih dekat dengan seni," ungkapnya saat ditemui Tribunjogja.com di rumah duka di Dusun Kembaran RT 05, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Rabu (13/11/2019) pagi.

Jenazah Djaduk Ferianto diangkat untuk disemayamkan di Padepokan Bagong Kussudiardjo di Bantul, Rabu (13/11/2019)
Jenazah Djaduk Ferianto diangkat untuk disemayamkan di Padepokan Bagong Kussudiardjo di Bantul, Rabu (13/11/2019) (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

Aji juga mengingat pesan Djaduk agar selalu membumi dalam segala hal.

"Membuat apapun itu harus selalu membumi. Segala sesuatu itu harus membumi, harus merangkul masyarakat," ungkapnya.

Selain itu, secara pribadi, Aji mengenal sosok Djaduk sebagai seorang pekerja keras dan tak kenal lelah.

Hal itu ditunjukkan saat persiapan Ngayogjazz tahun ini.

"Tadi malam kita ngobrol sampai setengah 12. Beliau kelihatan capek ya, karena beliau juga pekerja keras, sepertinya tidak mengenal lelah. Terlihat capek tapi bersemangat. Beliau juga sempat koordinasi dengan teman-teman di lapangan, di Kwagon. Bisa dikatakan masih tertinggal semangatnya beliau," tuturnya.

Di luar Ngayogjazz, kata Aji, Djaduk juga aktif menyiapkan proyek-proyek lain.

"Mungkin ada beberapa ide, proyek-proyek pribadi beliau. Atau mungkin sedang menyiapkan proyek dengan Kuaetnika," pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved