Pendidikan
Mahasiswa FTP UGM Kembangkan Desain Sistem Irigasi Otomatis
Sistem irigasi otomatis ini mampu mengatur bukaan pintu air dalam mensuplai kebutuhan air sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman padi.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Untuk memenuhi kebutuhan air dalam budidaya tanaman padi sesuai dengan fase pertumbuhannya, Tim Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM mengembangkan desain biosistem berupa Sistem Irigasi Otomatis pada lahan pertanian padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI).
Sistem irigasi otomatis ini mampu mengatur bukaan pintu air dalam mensuplai kebutuhan air sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman padi yang mengikuti kaidah bercocok tanam hemat air dengan metode SRI.
Ketua Tim UGM, Lukas Wiku menjelaskan, peralatan yang mendukung pengendalian tinggi muka air ini dikembangkannya bersama dengan teman satu jurusannya di Teknik Pertanian dan Biosistem yakni Ahmad Fajar Maulana dan Dian Fatmawati.
• Tutorial Tampil Kece dengan Makeup Sachet yang Praktis dan Terjangkau
Peralatan yang dikembangkan di Smart Agriculture Research, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM di bawah bimbingan Andri Prima Nugroho ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam budidaya tanaman padi.
"Peralatan ini sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air dalam budidaya tanaman padi sesuai dengan fase pertumbuhannya," terangnya.
Menurutnya, ada beberapa fase pertumbuhan tanaman padi, yakni fase vegetatif dengan ketinggian air sekitar 0,5 cm, masa penyiangan dengan ketinggian air sekitar 2 3 cm, fase generatif dengan ketinggian air sekitar 0,5 cm.
Terakhir masa panen dengan kondisi air dikeringkan dengan pengurasan (drainase).
Lukas menjelaskan, peralatan sistem irigasi otomatis ini memiliki komponen utama berupa mikrokontroller (Wemos WSP8266).
Selain itu, perlahan ini juga dilengkapi sensor tinggi muka air yang berbasis konduktivitas listrik.
• Akademisi UGM Sebut UMP dan UMK di DIY Dirasa Belum Sesuai KHL
"Perubahan konduktivitas listrik dibaca sebagai perubahan tegangan analog yang selanjutnya digunakan untuk aktivasi bukaan katup pipa air sebagai aktuator. Kemudian pembacaan dan pengontrolan muka air dikirimkan dan dicatat secara otomatis menggunakan teknologi cloud memanfaatkan WiFi dari GSM untuk pengiriman datanya," katanya.
Dia menjelaskan, beberapa saat lalu desain sistem yang dikembangkan oleh timnya berhasil mendapat Juara II dari ajang Agricultural Engineering for Sustainable Agriculture Production (AESAP) Student Design Competition 2019 yang diselenggarakan di IPB pada 14-15 Oktober 2019.
Dalam kompetisi yang diperuntukkan bagi mahasiswa Teknik Pertanian se-ASEAN ini tim FTP UGM berhasil menyisihkan tim dari Romblon State University Philiphine, Universitas Brawijaya, dan Universitas Sriwijaya.
“Alhamdulillah, meskipun dengan persiapan yang terbilang singkat, penjurian yang ketat dan dewan juri yang kritis, kita bisa mengoptimalkan apa yang kita rancang dan dan bisa menyabet gelar juara,” terangnya. (TRIBUNJOGJA.COM)