HPJI: Kajian Kereta Virtual Harus Perhatikan Aksesibilitas
HPJI menyebut penjajakan dan wacana untuk kereta MRT ataupun virtual harus dilaksanakan dengan cermat.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) menyebut penjajakan dan wacana untuk kereta MRT ataupun virtual harus dilaksanakan dengan cermat.
Aksesibilitas yang mudah untuk menggunakan moda transportasi tersebut juga harus dipertimbangkan.
“Pada prinsipnya semakin banyak alternatif angkutan massal semakin baik. Baik itu nanti lewat jalan raya raya (BRT) maupun yang berbasis rel seperti MRT, LRT, mono rail, kereta virtual, atau trem listrik,” ujar Ketua DPD HPJI DIY, Tjipto Haribowo kepada Tribun Jogja, Kamis (31/10/2019).
Dia menambahkan, terkait dengan wacana kereta virtual yang dikenal dengan autonomeus rapid transit (ART) ini mirip dengan trem listrik.
Kalau di ART tidak ada kabel-kabel listrik yang membentang di atas dan tidak ada rel.
“Relnya hanya berupa garis magnetik. Sekarang teknologi ini sedang terus dikembangkan di Tiongkok,” ujarnya.
Adapun, ART ini akan bersinggungan dengan angkutan berbasis jalan raya, kalau diterapkan harus di ruas-ruas jalan yang kapasitasnya memungkinkan untuk menampung lalu lintas kendaraan bermotor dan ARTnya sendiri.
“ART di ruas-ruas jalan tertentu akan bersinggungan dengan BRT atau Trans Jogja,” jelasnya.
• UGM Masih Studi Kelayakan Soal Kereta Api Virtual
Dia mengatakan, kalau MRT dan LRT berbasis rel elevated, at grade dan underground. Sementara, untuk monorail berbasis rel magnet elevated. Untuk jalur elevated ini perlu sinkronisasi dengan jalan tol yang juga melayang.
Tjipto menjelaskan, saat ini bermacam teknologi sudah tersedia. Tinggal nantinya dari semua pilihan moda transportasi itu dipilih yang paling layak untuk DIY.
Dia menjelaskan, dari sisi perencanaan wilayah terutama kawasan perkotaan Yogyakarta ada beberapa pertimbangan sebagai kota budaya, karakteristik penduduk, pertumbuhan ekonomi, kondisi sosial, dan lainnya.
“Yang paling penting adalah aksesibilitas yang mudah untuk menggunakan moda transportasi tersebut,” jelasnya.
Aksesibilitas, kata Tjipto, dalam arti mudah dituju dengan tarif yang relatif terjangkau. Hal ini agar bisa bermanfaat secara optimal untuk semua moda ini, baik yang berbasis jalan raya, maupun jalan tol dan berbasis rel.
“Semuanya, harus terintegrasi dan sinergis,” paparnya.(Tribunjogja I Agung Ismiyanto)